Bab 2

375 126 14
                                    

Hari ini adalah schedule penerbangan Jakarta - Paris setelah libur sehari kemarin. Tubuhku sudah cukup puas memanjakan diri diatas ranjang semalaman

Aku kembali menjalani pekerjaanku seperti biasanya. Setelah brifing dengan Engineer, pilot dan awak cabin Garuda Indonesia termasuk semua pramugari untuk membahas faktor faktor kondisi penerbangan maupun faktor keselamatan pada saat penerbangan nanti, para awak langsung menaiki pesawat untuk melakukan pengecekan kesiapan pesawat. seperti memeriksa kelengkapan makanan, pengecekan kursi, toilet serta memeriksa awak kapal peralatan darurat.

Aku menoleh kearah Ando yang sedang mengecek kelengkapan bagasi penumpang.

"Sudah ku cek..."

Ando mengangguk lalu pergi keruang pilot. Kulirik arloji putih ditanganku yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Aku merapikan seragamku dan bercermin sebentar. Sempurna. Wajah memang harus bersih dan tidak boleh berkeringat. Setelah semuanya beres, aku dan pramugari lainnya berdiri disisi pintu pesawat untuk menyambut kedatangan penumpang serta membantu penumpang untuk duduk kekursi penumpang yang telah di berikan berdasarkan nomor kursi.

"Selamat pagi Bapak" sapaku tersenyum pada lelaki paruh baya yang pertama masuk pesawat. Ia mengangguk dan tersenyum

"Pagi Bu..."

"Selamat datang dipesawat Garuda Indonesia"

"Morning..."

"Selamat datang Ibu"

Setelah adegan senyum senyum yang agak lama dengan penumpang, kini aku dan teman teman lainnya bertugas membantu penumpang untuk menemukan nomor kursinya.

"Ada yang bisa saya bantu mbak?" Tanyaku pada seorang wanita yang sedang menggendong bayi

Wanita itu menyerahkan tiket pesawatnya, aku memintanya untuk mengikutiku menuju nomor kursi 13 B yang tertera ditiket

"Permisi..."

"Permisi..."

Para penumpang yang sibuk mencari kursi membuat jalan menjadi sempit. Yah, itu sudah biasa dipesawat.

10B

11B

12B

Nah ini, 13B

JLEBB!

Mataku membulat melihat seorang lelaki tertidur pulas dikursi 13B paling pinggir. Aku mengucek ngucek mataku, mana tau mataku terkena gejala katarak. Yang anehnya, kenapa dia bisa langsung ada disini, padahal semua penumpang masih didepan pintu semua dan... Masalahnya orang itu...

Orang itu...

Orang itu...

Pesaing baruku memperebut rumah dengan om Martin. Seseorang yang kemarin membuat tanganku gatal untuk mencakar wajahnya. Anehnya dia sudah tertidur pulas sambil mengorok, lantas aku mengecek bagasi kursinya dan menemukan tas besar yang sudah diletakkan rapi membuatku semakin kaget darimana munculnya sosok pria menyebalkan ini. Dengan sabar sembari tersenyum, aku membangunkannya pelan pelan supaya dia tidak terkejut. Kulupakan masalah kemarin yang sempat membuatku dongkol, aku juga sadar dengan profesiku sebagai seorang pramugari, hal yang diprioritaskan adalah tersenyum kepada penumpang dan selalu sabar.

"Pak, bangun Pak" aku menoel noel lengannya sambil memandang wajah damainya

"Pak..."

"Bangun Pak"

"Udah pagi Pak"

"Pak... Halo Pak!"

"Bapak nggak kerja..."

Differences Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang