Bab 5

279 56 9
                                    

Author POV

Matahari mulai menyinari kota Paris diufuk timur. Gemercik air hujan terdengar dari atap kamar Arleen. Wanita muda itu masih asik sembunyi didalam selimut berusaha menghangatkan tubuh dari dingin yang menusuk tulang. Ia mendongak dan menatap AC yang menunjukkan suhu 16 derajat, pantas saja ia bertambah kedinginan. Arleen turun dari ranjang dan memakai sandal jepit Hello Kitty pink nya. Ia keluar dari kamar dan menatap kamar kamar disebelahnya. Sepi. Mungkin yang lainnya belum semuanya bangun. Arleen melirik jam dinding klasik yang terletak dipojokan ruangan yang menunjukkan pukul 6 pagi. Ia menuruni tangga hendak menggunakan telepon resmi Fashion TV yang terletak dilantai satu untuk menelepon Valia. Sudah lama ia tidak berbicara dengan wanita cerewet itu.

"Halo." Sapaku saat sambungan terhubung.

"Ngapain sih lo nelpon gue tengah malam gini..." Arleen mendengar Valia sedang menguap diseberang sana.

"Lo napa sih gue telpon lo, lo nggak mau. Giliran gue nggak nelpon lo, gue dibilang sombong. Ah males gue,"

"Tapi nggak tengah malam kayak gini juga kali... Au ah pusing gue. Besok ada penerbangan ke Singapore, jadi gue sempetin cepet tidur."

"Oh. Gimana kabar yang lain?" Tanya Arleen  sambil menopang dagu diatas meja.

"Just so so. Kalo nggak ada lo jadi nggak seru nih rasa gue, trus gimana sama job baru lo?"

"Ya gitu, gue rasa-"

Tut tut tut.

"Dasar nggak sopan!" Teriak Arleen pada seseorang yang berani beraninya merampas telepon itu dan mematikannya. Ya, siapa lagi kalau bukan si Faras tralalala trililili. Pria itu datang merebut gagang telepon dan mematikan sambungan telepon itu dari Arleen lalu dengan santainya ia menekan tombol nomor hendak berteleponan dengan seseorang. Arleen menyesali dirinya yang tidak tau pulsanya sekarat sekarang ini.

"Kemarikan telepon itu?!" Arleen merebut benda itu dari tangan Faras sebelum nomor yang dituju Faras tersambung.

"Apa apaan?" Faras menatap Arleen tajam yang dibalas wanita itu dengan tatapan sengit juga.

"Kau yang apa apaan, jelas jelas aku duluan yang menelepon, tunggu saja disana sampai aku selesai bicara. Main ngambil ngambil aja." Arleen mendekatkan gagang ke telinganya dan hendak menekan nomor tapi Faras malah merebutnya kembali.

"Ini urusan penting, kau belakangan saja sana." kini Faras yang memegang alih gagang telepon ketelinganya.

"Apa apaan kau ini, harusnya kau yang belakangan." Arleen memelototinya dan gilirannya sekarang merebut gagang telepon itu.

"Kau ini tidak bisa diajak kompromi sebentar ya? Pembicaraanku lebih penting darimu, jadi giliranmu nanti saja, sana!" Faras merebut kembali gagang telepon itu, mendekatkan benda itu ketelinganya lalu menekan nomor, membuat Arleen aarrgghh! Ya Tuhan! Aku tidak kuat kalau harus seperti ini setiap hari dengan Faras... Hiks. Batin Arleen

"Enak saja kau! Kau kira kau presiden bisa bilang begitu? Sudahlah, pakai saja ponselmu yang canggih itu, bereskan."

"Pulsaku habis... Hey, what's up man?" Wajah dingin Faras berganti menjadi senyum sumringah ketika sambungan telepon terhubung. Melihat itu, Arleen hendak merebut gagang itu tapi berhasil dihindari Faras.

"Tunggu sebentar disitu." Bisik Faras sambil memelototi Arleen lalu kembali bercakap cakap dengan seseorang diseberang telepon. "Kabar baik bro... Gue masih diParis, masih sibuk photoshoot. Gimana kabar yang lain?" Faras kembali tersenyum.

Differences Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang