"Kulitmu cantik, kamu nggak pernah pakai make up ya?" Tanya seorang wanita bernama Nasha sambil mendandani wajahku
"Malah aku sering banget pake Make Up" balasku ketus. Aku masih kesal banget dan nggak ngerti kenapa aku jadi model dadakan begini
"Mbak, saya itu bukan model. Aunty Sarah salah paham dengan semua ini" aku tidak tau sudah berapa kali mengucapkan kata kata itu
Nasha menghela napas. Wanita itu cukup sabar menghadapi tingkahku. Bagaimana tidak, saat dia melipstik bibirku, aku malah asyik berceloteh. Ku akui aku memang sangat cerewet, tapi kan masalahnya masalah yang serius. Bukan masalah sepele. Si Faras itu emang kurang kerjaan banget sih, ngapain coba dia 'Iya' in pertanyaan Aunty Sarah kalau aku partner model prewedding dengannya. Ogah banget gue mah, mending gue pre wedding sama sapi aja kali yah daripada sama si Faras, bocah tengil itu. Mana Aunty Sarah bego banget lagi mau langsung percaya aja omongan Faras, emang dia nggak lihat apa aku pakai seragam pramugari. Azz, aku jadi nyebut orangtua bego, maap Tuhan...
Astaga! Awak kabin belum tau tentang masalah ini! Haduh, kepalaku langsung naik ke level migrain kronis karena mikirin ulah si Faras. Awas saja dia kalau muncul dihadapanku, kukubur hidup hidup itu manusia!
"Saya juga tau mbak, tapi mbak kan bisa langsung bilang ke orangnya. Untuk sementara ini, lebih baik mbak ngikutin maunya Madam Sarah, sebentar lagi show nya dimulai, cuma mbak female model yang ada disini" balas Nasha menggunakan bahasa Indonesia. Di kota Paris memang tim Fashion TV kebanyakan adalah orang Indonesia.
Aku menghela napas berat. Terlalu sulit untuk menerima pekerjaan model dadakan begini
"Terus aku sampai kapan jadi model begini?"
"Arleen..."
Aku menoleh dan mendapati Vera yang sedang memegang gaun putih mewah. Wanita itu adalah seorang designer terkenal didunia, bahkan aku mengenalnya mulai dari SMA. Setelah berkenalan dengan suasana canggung tadi, aku baru tau dia sudah mempunyai anak, padahal wajahnya masih terlihat ABG. Vera tersenyum melihatku sudah cantik dipolesi Make Up
"Coba kamu berdiri" suruh Vera yang langsung kuturuti dengan malas. Vera menggantung gaun putih itu didepan tubuhku, mencoba mengira ngira gaun itu cocok atau tidak
"Nah pasti gaun ini cocok ditubuh kamu, sudah pakai sana," Beliau menyerahkan gaun itu ketanganku. Aku pun menerimanya dengan berat hati, lalu melihat gaun pengantin itu dengan tatapan tajam
"Terlalu sexy, aku nggak mau pakai gaun yang begituan ah" Ya jelaslah aku nggak mau pakai gaun kurang bahan begitu. Aku saja tidak pernah memakai rok diatas lutut, sudah tau diparis juga dingin ngapain juga dia nyuruh aku pakai gaun sexy itu.
"Kenapa?" Tanya Vera dengan dahi berkerut
Cklek!
Belum saja aku menjawab pertanyaan Vera, pintu kayu besar disamping kami terbuka. Aku menoleh dan mataku langsung melebar melihat sosok pria yang sudah membuatku kacau beberapa hari belakangan ini
Faras.
Ia sedang mengenakan tuxedo putih berdasi kupu kupu. Mulutku sempat menganga saat melihat pria tampan itu melewatiku. Aroma tubuhnya yang maskulin sempat membuat ku memejamkan mata. Setelah mengumpulkan kesadaran aku membuka mata dan menatap punggung Faras yang sudah agak jauh dari posisiku berdiri. Pria itu sedang mengambil air mineral dan meneguknya.
Tiba tiba saja tanganku mengepal, moodku semakin buruk melihat pria itu dengan santainya melewatiku seperti tidak ada masalah. Harusnya ia minta maaf dan menjelaskan pada Aunty Sarah tentang kesalahpahaman ini. Aku pun berjalan cepat menuju posisi berdiri Faras. Dengan kasar, kutarik saja bahunya yang masih meneguk air membuat lelaki itu tersedak
KAMU SEDANG MEMBACA
Differences Of Love
RomanceKehidupan Arleen berubah semenjak menginjakkan kaki diParis. Niatnya untuk membantu seorang pria yang sedang sakit dipesawat dan tidak bisa pulang berhasil membuat kehidupan Arleen berputar 180 derajat. Arleen terjebak dalam pekerjaan yang ia benc...