0 ; 3 - LM

158 28 5
                                    

"Yang Mulia?"

"Ah, ada gerangan apa kau kesini Reramos, apa ada perkembangan terkini mengenai keberadaan Pangeran Pertama?"

"Tidak ada Yang mulia, saya kesini hanya ingin meminta izin untuk pergi ke desa Gleudon." Ujarnya.

Maeron menautkan satu alisnya bingung. "Desa Gleudon? Bukan kah itu bagian dari kerajaan Warsex bagian barat yang dipimpin oleh Kaisar Reta'ka, kenapa kau ingin kesana?"

"Saya ada sedikit keperluan disana Kaisar, saya ingin menemui sahabat lama saya yang tinggal disana."

"Oh ya? Kenapa aku baru tau jika kau memilik sahabat lama yang tinggal di bagian barat kerajaan Warsex?" Tanya Maeron bingung.

Reramos terdiam sejenak, memikirkan kata yang hendak dia ucapkan selanjutnya. "Sudah lama Yang Mulia, dulunya dia tinggal di desa Ata Ta Tiga tapi sekarang sudah pindah ke Kerajaan Warsex dibagian barat Desa Gleudon." Jelasnya.

Maeron mengangguk. "Baiklah kau boleh kesana. Tapi kau akan menemui sahabat mu itu berapa hari?"

"Tidak lama Yang Mulia, saya hanya ingin menemui nya sebentar saja, mungkin nanti sore saya akan segera kembali ke kerajaan ini."

"Apa boleh Yang Mulia?"

"Tentu, pergilah dan berhati–hatilah kau tau sendiri bukan, banyak kerajaan lain yang tidak ingin berurusan dengan Kerajaan Warsex itu. Mereka itu muka dua,"

"Baik Yang Mulia, saya sudah mengetahui rumor itu, saya akan berhati–hati disana, dan saya tidak akan mempercayai apapun yang mereka katakan pada saya."

Setidaknya kau lebih bodoh dari mereka Maeron. Kau mengatakan mereka muka dua dan pembohong dusta, tapi.... Kau malah mempercayai ku yang sudah mengkhianati dirimu, ahahah kau benar–benar Raja yang miris sekali, Maeron! Batin Reramos tersenyum smrik.

.

.

.

.

"Astaga aku benar–benar lelah setelah menyelesaikan semua tugas kebun ku, hari ini lumayan banyak yang membeli sayuran dari kebun ku," Gumam seorang pria yang baru saja memasuki kawasan halaman rumah nya.

Terlihat, tubuh pria itu dipenuhi oleh keringat, disertai dengan wajah lelahnya. Dia duduk di bangku taman yang terbuat dari bambu.

Dia duduk disana, menikmati angin yang menyejukkan tubuhnya yang panas dan berkeringat akibat beraktivitas di pasar seharian.

"Uwek....uwek....uwek...." Pria dengan baju kuning itu tersentak menoleh ke asal suara. Suara itu, adalah suara tangisan bayi.

Tapi..... Dimana bayinya? Disini kan tidak ada warga yang memiliki bayi, bahkan rumahnya saja cukup jauh dari lingkungan desa Gleudon, bisa dibilang dia berada di posisi Gleudon paling dalam.

Ada suara, tapi tidak ada wujud nya. Tidak mungkin setan kan?

Ah, ayolah setan mana yang bisa menangis menirukan suara tangisan bayi?

"Apa aku sedang bermimpi atau berhalusinasi? Tapi ..... Itu tidak mungkin, aku benar–benar mendengar suara bayi, tapi dimana?"

"Tempat tinggalku sangat jauh dari permukiman kota, kenapa bisa ada bayi disini?"

"Apa dia dibuang? Tapi.... Dimana bayi itu? Aku tidak bisa menemukan nya, aku hanya bisa mendengar tangi–awsh!" Ucapan pria itu terhenti saat kakinya tidak sengaja menyenggol sebuah keranjang rotan yang berada dibawah pohon Beuqos.

Pria itu berjongkok, dia melihat ke keranjang itu, dan ternyata itu adalah sebuah bayi. Apa suara bayi ini yang sempat dia dengar tadi?

Bayi itu, memiliki mata Ruby yang indah, dengan cahaya merah yang senada dengan iris matanya keluar, mengelilingi tubuhnya.

"Uwek....uwek....uwek...." Bayi mungil itu kembali menangis, pria itu menatapnya iba.

"Astaga, siapa yang sudah dengan teganya membuang mu bayi mungil ini?" Pria itu mengangkat bayi bermata Ruby itu. Bayi itu langsung terdiam saat diangkat, dia memandangi pria yang menggendong nya itu.

Dia..... Dia tersenyum, pria itu ah tidak maksudnya Pian Adexros kaget saat melihat bayi itu tersenyum manis kepadanya.

Bahkan, sinar yang mengelilingi bayi itu makin bersinar terang.

Siapa bayi ini? Kenapa dia bisa ada disini? Seperti nya dia bukan bayi biasa.

"Hey, kau benar–benar bayi yang manis. Siapa yang membuang mu hm?"

"Awk...awk..." Ucapan bayi mungil itu seolah–olah tau apa yang tengah di maksud oleh Pian.

Pian terkekeh mendengar nya. "Baiklah aku akan merawat mu sampai aku menemukan orang tua kandung mu, aku tidak akan membiarkan mu diambil oleh tangan yang salah, karna seperti nya kau memang bukan bayi biasa."

"Tapi bagaimana jika kau ku beri nama emm....."

"Halilintar! Ya, Halilintar Kendra. Ku beri kau nama itu sesuai dengan warna mata mu dan sinar yang keluar dari tubuh mu itu,"  Ucapnya seraya memandangi wajah Halilintar yang menatapnya diam.

Sementara itu, dari kejauhan Reramos dan Muskida menatap Pian yang berhasil menemukan Halilintar bayi.

Reramos tersenyum, baguslah rencana nya kembali berhasil lagi.

"Kau yakin pria itu mampu menjaga Pangeran pertama?"

"Tenang saja Muskida aku sangat–sangat yakin dia pasti bisa merawat Pangeran pertama dengan baik."

"Dan sampai kapanpun itu Pangeran pertama tidak akan tau siapa orang tuanya, dia hanya tau satu orang yang berharga dalam hidupnya, bukan keluarganya, bukan Ibunya, bukan Ayahnya, bukan saudara nya tapi hanya pria itu, ya Pian lah yang akan menjadi pilar tertinggi rasa kepercayaan Pangeran pertama nantinya."

"Aku setuju dengan mu, tapi jika mereka berhasil menemukan Pangeran pertama bagaimana? Apa yang akan kau lakukan?"

"Itu mudah Muskida, kita hanya perlu menghasut otak kecil Pangeran pertama, kita katakan hal–hal buruk yang tidak pernah dikatakan oleh Maeron dan Raena padanya."

"Pada dasarnya lebih mudah menghasut otak anak kecil ketimbang menghasut orang dewasa, kecuali jika mereka itu orang bodoh dan terlalu naif pada orang lain."

–TBC–

By : @AqueeneIntan.

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang