15 Tahun kemudian.....
Tahun ini, menjadi genapnya 15 tahun Pangeran Pertama kerajaan Raegos menghilang.
Selama itu juga, kesehatan Ratu kerajaan Raegos–Raena Dexyn Reagos, menurun. Keadaan Ratu Raena sama seperti tahun–tahun sebelumnya.
Raja Maeron pun masih sama seperti tahun sebelumnya, dia masih mencari letak dimana keberadaan Putra pertamanya itu.
Lalu, keenam Pangeran pun sudah tumbuh besar dengan fisik yang baik. Keenam Pangeran juga masih membantu sang Ayah untuk mencari keberadaan Kakak pertama mereka.
Lalu, Pangeran Kedua Raegos–Taufan Arcella Raegos lah yang selama ini menggantikan tugas sang Kakak sebagai Putra Mahkota. Laki–laki berusia 15 tahun itu juga berjanji pada Ibunya, Raena untuk segera menemukan Kakak kembarnya yang hilang 15 tahun yang lalu.
"Kakak, kau dimana sekarang, kau masih hidup kan? Apa kau tidak kasihan dengan kondisi kesehatan Ibu? Ibu selama ini selalu saja memikirkan dirimu, aku berjanji akan membawa mu pulang bersama ku," Ujar nya, seraya memandangi langit malam.
Puk!
"Kakak kedua?"
"Ah, kau rupanya Radeon, ada apa kau kesini?" Tanya Taufan pada adiknya, Ice Radeon Raegos.
"Aku yang seharusnya bertanya disini, kenapa Kakak bisa berada di bagian kerajaan Baraju?" Tanya Ice datar.
Taufan terdiam sejenak. "Tidak papa. Aku minta maaf karna memasuki wilayah kerajaan mu tanpa izin, tapi kau tau hanya saja saat aku di kerajaan Baraju, aku bisa berpikir dengan tenang. Kerajaan mu ini, memang menenangkan Ice sama seperti dirimu," Katanya.
Ice terdiam menatap Taufan sendu. Pangeran kelima itu menarik nafas nya panjang lalu menghembuskan nya. "Tidak heran, setiap orang yang datang kesini akan selalu mengatakan itu,"
"Apa kau masih memikirkan keberadaan Kakak pertama, Kakak kedua?" Tanya Ice membuat Taufan menoleh kearahnya.
Taufan menatap Ice sejenak, lalu bibir laki–laki itu melengkungkan sebuah senyuman kecil. "Mungkin. Dan aku masih berjanji pada Ibu bahwa aku akan membawa kembali Kakak pertama dalam kondisi apapun itu," Kata Taufan. Lalu Ice tidak menjawab sama sekali, dia hanya menatap Taufan diam.
Hening untuk beberapa saat.
"Ice?"
"Ya?"
"Menurutmu, bagaimana kondisi Kakak pertama sekarang? Menurut mu siapa yang telah berani menculik Kakak pertama, maksud ku apa kau tidak mencurigai beberapa orang diistana? Karna bagi ku aneh saja, bukan kah penjagaan istana ini cukup ketat sekali bukan? Mana mungkin ada penyusup yang berani masuk kedalam istana."
"Lagi pula bagaimana mana juga menurut mu jika Kakak pertama masih hidup, apa dia akan membenci kita? Apa menurutmu kita bisa menemukan Kakak pertama?"
"...."
"Kak, Kaloh mau nanya tuh satu–satu, bisa kan?" Tanya Ice datar membuat Taufan terkekeh pelan mendengar nya.
"Hehehe, maaf ya, soalnya aku penasaran banget, jadinya keburu lama kaloh kau jawab satu–satu, mangkanya aku tanya sekaligus,"
"Kau ini Kak," Ice menggelengkan kepalanya pelan, merasa aneh dengan kembaran nya itu. "Ya jika melihat dari cara pandangan mu itu memang aneh Kak, ku rasa memang ada orang dalam yang sudah merencanakan penculikan ini, mungkin.... Karna dendam atau alasan tertentu, kita gak tau kan motif sang pelaku apa,"
"Selanjutnya, masalah hidup dan tidaknya Kakak pertama, kita tetap harus mencari keberadaan Kakak pertama. Menurut ku juga Kakak pertama memang mungkin bakalan terkesan asing saat pertama kali bertemu dengan kita tapi mungkin jika sudah lama kenal mungkin akan akrab."
"Cukup logis juga sih jawaban mu itu, eh iya siapa yang kau curigai di istana?" Tanya Taufan.
Ice terdiam sejenak. "Hm, Duke Reramos."
"Eh? .... Kau mencurigai nya? Bukan kah dia sangat baik kepada kita kenapa–"
"Anjing yang baik tidak akan menggonggong ditempatnya. Ntahlah aku juga tidak tau, tapi saat aku berada didekat nya aku merasa tidak nyaman saja, kayak emang ada firasat yang tidak baik tentang dirinya,"
L. M. H.
"Kendra,"
"Ya, Paman?"
"Kau sudah selesai menyelesaikan tugas mu?" Tanya Pian, kepada pemuda yang baru saja memasuki halaman rumahnya.
Sang pemuda–Halilintar Kendra–pun mengangguk kecil. "Tentu saja Paman, kebun teh Paman sudah ku urus semua," Jelas Halilintar.
"Ah, kamu ini seharusnya tidak perlu repot–repot untuk membantu Paman mengurus kebun teh Paman," Kata Pian.
"Ahahaha tidak papa Paman, anggap saja ini balas budi ku untuk Paman,"
"Balas budi?" Pian menautkan satu alisnya bingung.
Halilintar mengangguk. "Iya, Paman, karna Paman sudah mau merawat ku selama 15 tahun ini, mungkin, jika Paman tidak mau merawat ku atau bahkan tidak menemukan ku disaat itu, mungkin sekarang aku sudah mati karna kelaparan," Jelas Halilintar.
Pian terdiam sejenak. Mata amber itu menyendu memandangi Halilintar.
Puk!
"Kendra, kamu yang sabar ya? Paman yakin kamu bakalan ketemu sama keluarga kamu secepatnya,"
"Dan soal balas budi kamu tidak perlu balas budi pada Paman, karna Paman melakukan semuanya dengan ikhlas,"
"Tetap saja Paman jika tidak ada Paman aku sudah tidak ada didunia," Halilintar menghentikan kalimatnya sejenak. "Dan untuk keluarga kandung ku, aku sudah tidak peduli dengan mereka." Katanya, membuat Pian terkejut.
"Eh, kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Apa kau tidak ingin tau siapa keluarga kandung mu?"
"Tidak, karna mereka sendiri yang membuang ku, untuk apa aku masih memikirkan mereka?"
"Kendra, mungkin–"
"Sudahlah Paman, aku tidak mau berantem sama Paman hanya karna masalah ini, jika mereka datang kepada ku suatu saat nanti aku tidak akan pernah mau kembali bersama mereka atau bahkan memaafkan mereka." Ujar Halilintar lalu berlalu pergi meninggalkan Pian sendiri disana.
Inilah yang Paman takutin selama ini Kendra, kamu mulai membenci keluarga kandung kamu. Tanpa tau bagaimana alasannya kamu berpisah dengan mereka, batin Pian sendu.
Sementara itu, mereka berdua tidak sadar bahwa seseorang yang sedari tadi sudah menguping pembicaraan mereka berdua.
Orang itu, tersenyum sumringah mendengar nada kebencian yang dilontarkan oleh Halilintar kepada keluarga kandungnya.
"Bagus, Pangeran pertama, benci lah keluarga mu, tidak perlu menerima mereka, dengan kau membenci mereka aku bisa lebih mudah untuk menjalankan rencana ku selanjutnya, ahahahaha!"
–TBC–
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Memories
RandomOrang gila mana, yang dengan teganya memisahkan seorang anak yang baru lahir dari keluarganya? Ya, dia adalah Reramos, seorang Duke jahat yang memisahkan putra pertama kerajaan Raegos. "Bersiaplah Yang Mulia, 17 tahun kedepan anak pertama kalian aka...