-9-

9 1 0
                                    

_____

Selamat membaca
_____

Langit sudah merubah warnanya menjadi jingga, menandakan bahwa malam akan segera tiba. Fitri terduduk di siku jendela kamarnya sembari menatap langit. Pikirannya melayang kembali kepada momen yang baru saja terjadi di sekolah hari ini. Tepatnya di ruang kesehatan sekolah, saat gadis itu merutuki dirinya sendiri yang salah tingkah karena ditemani dan ditatap sedalam itu oleh netra milik Revan.

Perasaan membuncah itu kembali hadir memenuhi relung hatinya. Fitri meremat dada kirinya sendiri berupaya untuk menetralisir degupan ribut yang tak diundang itu. Kepalanya bahkan sibuk menggeleng ketika ucapan Revan kembali terngiang di dalam pikirannya.

"Gue rasa, gue suka sama Lo, Fit."

Napasnya lebih memburu tak karuan. Deretan kata singkat namun jelas itu sukses menghantui pikirannya. Kini mata hazel nya memendar kosong menatap pemandangan langit yang menggelap.

"Sorry, Van. Tapi gue gak bisa balas perasaan Lo itu. Gue gak mau nyakitin perasaan Muti, sahabat gue sendiri. Dia yang lebih dulu suka sama Lo, Van." Batinnya berkata lirih.

"Dek."

Fitri menoleh ketika panggilan dari Andin itu menginterupsinya.

"Iya, Kak?"

Terlihat kakaknya itu berjalan menghampirinya, sembari memberikan pelukan dari belakang. Membuat Fitri bertanya-tanya hal apa yang membuat kakaknya bertingkah sok manis begini? Kepala Andin bergerak mendekati telinganya dan membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Fitri sukses membeku di tempat.

"Dean, udah balik dari Jepang. Dan katanya dia pindah ke sekolah mu lhoo.."

DEG!

---

Keesokan harinya, Fitri sampai di sekolah tepat waktu karena dirinya di antar oleh Ali pagi ini. Setelah mencium punggung tangan abangnya, Fitri pamit dan keluar dari mobil sedan hitam milik abangnya itu.

Kaki mungilnya berjalan menyusuri halaman depan sekolah, dengan perasaan yang campur aduk. Dirinya masih saja teringat akan ungkapan yang diutarakan Revan saat di UKS, dan juga perkataan dari Andin kemarin sore.

"Pagi, Fit!"

Drap drap drap

Gadis itu menoleh ketika mendengar suara Dilla dari kejauhan. Bibirnya tertarik membuat sebuah lengkungan manis.

"Pagi juga, Dilla. Lo berangkat sendiri lagi, gak bareng Muti?"

Dilla menggeleng pelan sembari menghela napasnya. Reaksi itu tak luput dari penglihatan Fitri, membuatnya mengerutkan kening. Apa mungkin Muti marah padanya perihal Revan yang menjaganya di UKS kemarin? Tanyanya dalam hati.

"Muti gak balas chat dari gue, yaudah gue putusin buat jalan sendiri aja deh, Fit. Hehe."

Ternyata benar dugaannya. Fitri semakin tak enak hati dengan kedua sahabatnya itu. Terlebih kepada Muti.

"Gapapa, udah yuk gausah di pikirin. Nanti juga anaknya dateng kok. Kita ke kelas sekarang, yuk." Ajak Dilla sambil merangkul Fitri menuju kelas mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat, namun keberadaan Muti masih belum terlihat sama sekali. Sepertinya memang benar, gadis itu marah karena kejadian di UKS kemarin. Fitri semakin menundukkan kepalanya, berusaha untuk menenangkan pikiran dan perasaannya meskipun kenyataannya tidak bisa. Terlebih eksistensi Revan yang terduduk di sebelahnya sembari fokus mengerjakan tugas matematika.

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang