-11-

9 1 0
                                    

_____

Selamat membaca
_____

"Fitri sekolah dulu ya, bang." Fitri menyalimi tangan Ali, dan bersiap keluar dari mobil. Sementara Dean sedang menunggu sembari membukakan pintu mobil untuk gadis itu.

"Gue titip adik kesayangan gue ya, De." Sahut Ali kepada Dean, dan langsung diangguki oleh pemuda jangkung itu.

Kini keduanya berjalan menuju kelas mereka. Di sepanjang perjalanan menuju kelas, Fitri dapat menangkap bisik-bisik dari para siswi yang ia lewati. Fitri berusaha abai dan terus berjalan lurus melewati para ciwi penggosip itu.

"Selamat pagi, Dilla." Sapanya kepada Dilla sesampainya di kelas.

"Pagi, Fit. Eh De, hari ini Lo jadi pindah ke sebelah si Putri ya."

Dean mengerutkan keningnya, "Bukannya gue udah bilang, gue gak mau pindah kemana-mana dan gue bakal tetep duduk-"

Dug!

"Disini." Senyum miring Dean terbit seusai dirinya mendaratkan tubuhnya pada kursi yang sebelumnya milik Muti.

"Bilang aja Lo gak mau jauh-jauh dari Fitri kan!" Ujar Dilla sembari memutar bola matanya.

Dari kejauhan tampak Muti yang berjalan memasuki kelas, baik Fitri maupun Dilla serentak berdiri dari duduk mereka. Fitri hendak menyapa Muti ketika mata mereka saling bertemu, namun sepersekian detik Muti membuang tatapannya ke arah lain dan berjalan ke arah bangku kosong di sebelah Putri. Hal itu membuat hati Fitri semakin tergores karena rasa bersalah.

"Tuh kan, gara-gara Lo tuh liat, Muti jadi pindah duduk di sebelah Putri!"

Dean mengikuti arah pandang Dilla ke arah seorang gadis yang disebut 'Muti' itu. Setelahnya, pemuda itu hanya mengendikkan bahu tanpa peduli dengan kekesalan teman sebangkunya dan juga raut sendu di wajah Fitri, dibelakangnya.

Fitri menghembuskan napas beratnya. Pikirannya kini berkecamuk, memikirkan cara untuk meminta maaf kepada Muti dan memperbaiki hubungan persahabatan mereka agar kembali seperti semula.

"Pagi." Sapaan familiar itu seketika membuat Fitri menoleh.

Didapatinya Revan yang tengah tersenyum tipis kearahnya membuat Fitri membalas senyum Revan itu dengan senyum canggung.

"Pagi, Van."

Keduanya sama-sama di hinggapi perasaan canggung. Lagi-lagi Fitri harus merasakan perasaan bersalah kepada pemuda di sampingnya. Semua ini salahnya, ya pasti salahnya.

Fitri sibuk mengetuk-ngetuk keningnya sendiri. Hal itu tertangkap jelas dalam pandangan Revan. Pemuda tinggi itu diam-diam melirik ke arah teman sebangkunya dan mendapati ekspresi sendu pada wajah itu.

"Ekhem.. Fit?"

Dehaman itu lagi-lagi mengundang tolehan dari Fitri. Dengan tatapan bertanya namun bibir mungilnya senantiasa terkatup.

"Gue mau ngomong berdua sama Lo di jam istirahat nanti, boleh?"

Berkali-kali Fitri mengedipkan matanya bingung. Atau mungkin gugup karena jujur saat ini Fitri berusaha menerka pembicaraan apa yang ingin Revan bicarakan dengannya nanti. Namun, gadis itu tetap mengangguki permintaan Revan.

Tak lama pembelajaran pun di mulai dan baik Fitri maupun Revan tidak ada lagi yang membuka percakapan.

-----

Waktu istirahat telah tiba dari lima menit yang lalu. Disinilah Fitri dan Revan bertemu, di kawasan gudang belakang tempat yang biasa dijadikan geng Septi untuk membullynya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang