-4-

56 5 1
                                    

_____

Selamat membaca
_____

Waktu pelajaran telah usai beberapa menit yang lalu, para siswa bergegas untuk pulang ke rumah mereka. Begitu pula dengan Fitri, gadis itu kini sedang berjalan di koridor sekolah, dengan kepala yang terus memikirkan perubahan sikap Muti kepadanya setelah kejadian di kelas tadi. Sahabatnya itu mendiaminya, lagi-lagi Fitri hanya bisa menghela napasnya lirih.

"Besok lo harus minta maaf ke Muti, Fit. Harus!" batinnya berbicara.

"Fitri!" tungkai itu terhenti ketika sebuah suara menginterupsi namanya. Dengan wajah terkejut, Fitri menolehkan kepalanya. Melihat Revan yang berlari menghampiri dirinya-yang baru saja akan melewati pintu utama.

Senyum pemuda itu merekah, namun Fitri menundukkan kepalanya. Berusaha menghindari tatapan yang diberikan Revan padanya saat ini. Pemuda itu mengerutkan kening, namun sekejap kemudian Revan mengembalikan senyumnya, saat Fitri perlahan mendongak dan membalas tatapannya.

Tak sengaja, manik Fitri menangkap keberadaan Muti dan Dilla yang berjalan beriringan di belakang punggung Revan. Tubuh mungil itu tersentak kecil lalu segera berbalik, dan menuntun tungkainya untuk cepat-cepat pergi meninggalkan sekolah. Hal itu membuat Revan menatap kepergian gadis itu dengan kening mengernyit.

"Fitri kenapa buru-buru banget begitu, deh?" Revan menoleh, mendapati Dilla dan Muti yang telah berdiri disisinya. Kedua gadis itu sama-sama menatap kepergian Fitri dengan raut wajah bertanya-tanya. Dalam diam, Muti menyalahkan dirinya yang sudah bersikap berlebihan kepada Fitri, ketika jam pelajaran kesenian tadi.

"Apa Fitri marah karena sikap gue tadi, ya?"

_____

Fitri berjalan lesu menuju kamarnya, Gadis itu membaringkan diri diatas kasur dan menatap kosong langit-langit kamar.

"Lo beneran gak ada rasa suka kan, sama si Revan?"

Helaan napas kembali terdengar ketika pikiran gadis itu kembali melayangkan pertanyaan Muti, saat mereka berada di kantin. Tanpa sadar, bibir mungilnya mengerucut lalu mencebik pelan. Fitri membuang napasnya kasar.

"Enggak Fit, pokoknya lo gaboleh suka sama si Revan, titik!" seru gadis itu menggebu-gebu. Airmukanya berubah sendu ketika bayangan dimana Muti terlihat sangat bahagia saat bersama Revan kini tercetak jelas dalam kepalanya.

"Lo tau kan Fit, sahabat lo suka sama dia, Jadi.. lo gaboleh suka apalagi sampai jatuh cinta." mata hazelnya berpendar kosong,

"arrghh.." gadis itu kini mengacak-ngacak rambutnya dengan hembusan napas yang tak beraturan.

"Adek abang kenapa, hm?"

Tubuh mungil itu tersentak dan segera bangkit dari acara berbaringnya, matanya membola ketika mendapati keberadaan Ali yang berdiri di ambang pintu.

"Bang Ali?! Sejak kapan berdiri di depan pintu kamar aku?"

Pria itu melebarkan senyum dan mendekati adik bungsu kesayangannya. Lelaki tampan itu kini mendudukkan diri di tepian kasur, menatap sang adik dengan tatapan meneliti.

"Jawab ih, bang!" Fitri mencebikkan bibirnya dengan raut kesal yang membuat Ali semakin melebarkan senyum diwajahnya.

"Abang baru aja sampe dek, kenapa sih emangnya?" tangan itu mengacak gemas rambut adiknya, membuat bibir Fitri semakin mengerucut.

"Gapapa bang, Fitri mau tidur nih, capek." mendengar penuturan dari sang adik, Ali segera bangkit dari duduknya, mengangguk dan memberi usapan pelan pada rambut hitam sebahu milik adiknya itu.

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang