-1-

62 6 2
                                    

_____

Selamat membaca
_____


Suasana kantin memang selalu ramai ketika jam istirahat tiba, terlihat lautan siswa yang saling berebut di dalam barisan antrian. Tangan Fitri ditarik Dilla ke salah satu meja yang tersisa. Untungnya masih ada satu meja kosong untuk mereka tempati.

"Biar gue aja yang mesen makanannya." Ujar Dilla sembari bangkit dari duduknya.

"Lo mau pesen apa, Mut?"

Muti yang sedari tadi tengah fokus menatap wajah Revan, sedikit terlonjak ketika mendengar pertanyaan dari Dilla itu.

"Ekhem.. Gue pesen buryam aja, Dil. Kayak biasa." Dilla mengangguk setelah mendengar jawaban dari Muti. Atensinya kini beralih pada dua orang yang duduk saling berhadapan, yakni Fitri dan Revan.

"Kalo kalian berdua, mau makan apa?"

"Apa aja yang enak." keduanya berucap secara bersamaan. Baik Fitri maupun Revan sama-sama saling bertukar pandangan mereka dengan ekspresi terkejut.

"Emm.. Maksut-gue, gue pesen air mineral aja, Dil. Lagi gak laper soalnya hehe." gadis itu terkekeh canggung ke arah Dilla. Merutuki bibirnya yang bisa-bisanya melontarkan kalimat yang sama dengan Revan.

"Lo serius gak mau makan, Fit? Emang lo udah sarapan tadi pagi?" Kepala Fitri mengangguk polos membuat Dilla menghembuskan napas leganya.

"Oke deh. Lo mau pesen apa, Van?"

"Menu disini ada apa aja?" Pertanyaan itu membuat Dilla mendecak kecil, ia lupa bahwa Revan adalah murid baru di sekolah ini.

"Menunya ada banyak sih, tapi yang paling populer itu nasi goreng mang oleng."

Revan tampak berpikir sejenak tentang menu yang akan dipesannya. "Kalo gitu, gue pesen itu aja, Dil." finalnya.

Tanpa berlama-lama lagi, Dilla langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam antrian untuk memesankan pesanan mereka.

Suasana di tengah meja itu terlihat hening. Muti yang sejak tadi sibuk memandangi Revan. Sementara pemuda itu tampak santai dalam duduknya tanpa merasa terganggu oleh tatapan yang diberikan Muti padanya. Fitri sedari tadi hanya diam, gadis itu masih merasa canggung saat berada di dekat Revan, meskipun dengan keberadaan Muti juga disana. Ia bangkit dari duduknya dan memberitahu Muti jika dirinya akan ke toilet sebentar. Setelah melihat anggukan dari sahabatnya itu, Fitri bergegas membawa tungkainya menuju toilet sekolah. Sesampainya disana, ia membasuh kedua tangan dengan air mengalir, lalu menatap cermin yang ada dihadapannya.

"Kenapa gue selalu deg-degan, tiap Revan natap gue, ya?" tanyanya dalam hati. Tangan mungilnya bergerak meremat dada kiri yang selalu saja bergemuruh tiap kali matanya bersiteru dengan netra kelam milik murid baru itu.

Fitri mengerjap beberapa kali, mengusir perasaan aneh yang acap kali mengusiknya. Gadis itu membasuh wajah sebelum akhirnya beranjak dari toilet.

Ketika dirinya akan melewati pintu keluar, langkahnya terhalang oleh kehadiran Septi, Naya, Dita, dan Viena. Keempat siswi populer di sekolahnya, yang senang sekali mengganggu dirinya.

Kepala Fitri reflek menunduk, saat matanya bersiborok dengan tatapan tajam yang diberikan Septi sembari bersedekap angkuh. Ketua geng 'Glossy Girl' atau disingkat GG itu memajukan diri menuju posisi Fitri yang bergerak mundur hingga punggungnya membentur dinding toilet.

Gadis itu memberanikan diri untuk mendongak dan membalas tatapan Septi. Tanpa aba-aba, Septi menjambak rambut hitamnya hingga membuat Fitri menjerit kesakitan.

Antara Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang