02

13 2 1
                                    

Bab 2

Asmaraloka nan renjana ini memaksa cinta yang tak semestinya. Rupanya kapal yang kita tumpangi berlawanan arah, mencoba menggapai, namun nyatanya tak sampai.

•••

Adam di Sebrang sana bak pangeran berkuda putih, berdiri tegap dengan senyum ramah melambaikan tangan ke arahku.

"Woiii, Anin!!"

Aku mengindahkan teriakannya. Ingin tahu seberapa effort adam di Sebrang sana mencoba memanggilku.

Dia berlari ke arahku memegang dua bungkus plastik yang entah isinya apa.

"Anindia, saya bawa pencok dua bungkus. Temenin makan ya" pintanya.

"Ayooo," ajaknya lagi.

Aku menurut saja. Menyeberang beriringan dengannya, padahal kalau dipikir-pikir dirumahku saja yang sudah jelas di depan mata kenapa harus menyeberang kerumahnya.

"Enak gak?"

Aku hanya mengangguk menikmati pencok yang memang segar atau aku hanya lapar, entahlah.

Dia. Terkekeh, apa yang lucu. Ku tengok di sebelah kanan dan kiriku tidak ada siapa-siapa.

"Bima, kenapa, gila ya?"

Ia hanya menggeleng tapi masih dengan kekehannya. Wah, apa jangan-jangan kerasukan.

"Bim, gak kerasukan sama buah mangga muda ini kan ya?"

"Ihh, takut banget," lanjutku.

"Kamu lapar apa doyan?"

Pertanyaan yang meluncur dari mulut Bima sama sekali tidak menjawab pertanyaan ku.

"Dua-duanya,"

Hening. Kami berdua melanjutkan aktivitas memakan pencok yang tertunda.

"Bim, seandainya aku jatuh cinta sama kamu boleh?"

Pertanyaan itu tiba-tiba saja meluncur dari mulutku.

"Boleh," ucapnya mengangguk sambil makan jambu.

"Ck"

Aku berdecak. Bukan jawaban seperti itu yang aku inginkan, aku hanya memandang Bima lekat-lekat. Mencari celah apakah anak adam ini sedang bercanda dengan jawabannya.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Ga papa," sahutku

"Kamu tau nin?"

"Apa?" sahutku

"Jatuh cinta itu gak bisa memilih,"

"Hmm"

"Yang kamu bisa pilih ingin merasakan asam manisnya cinta yang kamu miliki atau menekan rasa itu sampai benar-benar menghilang. Tapi kayanya opsi kedua sedikit mustahil"

"Kenapa" tanyaku

"Karna cinta itu rasa. Bagaimanapun kamu menekannya jika ia ingin tumbuh, maka tumbuh"

Aku hanya mengangguk tanpa berniat untuk melanjutkan percakapan tentang cinta ini.

"Anin..."

Aku menoleh seolah bertanya kenapa.

"Selamat jatuh cinta," ucap Bima di akhir dengan senyuman.

Kata selamat jatuh cintamu hari ini seperti bunga yang baru mekar, memberikan keindahan tanpa cacat. Aku sadar ucapanmu hanya sebatas ilusi bagiku. Harapan selamat jatuh cintamu sebenarnya hanya semu.

———

Halo-halo ini part terpendek dari Selamat jatuh cinta yaa 😬 hehe. ( author lagi kehabisan kata-kata nih, otak author lagi mandek 😭🙏🏻 )

Gimana ceritanya?
Ada yang mau di sampein sama Anin gak?
Atau mau nyampein sesuatu ke Bima?

Ini cerita  sepertinya akan berfokus pada prosa ya teman-teman akan banyak diksi-diksi lagi setelah ini. Ini author lagi berusaha fokus buat nulis lagi huhu motivasi author lagi mampet gak tau kemana. Eakk malah jadi curhat, ini bab 2 atau keresahan author.

Hihi dahlah samlekom 🌿

Selamat Jatuh Cinta || on going ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang