03 • Malam yang Merepotkan

853 145 22
                                    

Part ini panjang banget. Jadi Pelan-pelan  bacanya ya, darling.
Jangan lupa untuk vote dan kasih komentar banyak banyak, yaa

SELAMAT MEMBACA, LOVE U <3

÷÷÷
















04 • Malam yang Merepotkan

Mobil berlogo banteng dengan warna abu-abu mengilap itu membelah jalanan besar yang masih ramai meski jarum pendek usai menunjuk di tengah.

Harganya yang puluhan miliar membuat semua pasang mata serentak mengikuti perginya. Tatapan haus akan kekayaan terpampang jelas di setiap jalan. Takjub sudah pasti, tapi bukankah jalanan ini isinya orang-orang haus belaian?

Dusten sebagai pengemudi tersenyum miring. Tangan kanannya yang diperban menarik setir berbentuk lingkaran itu ke bawah. Mobilnya berbelok dengan apik. Mantan pembalap liar seperti dirinya sudah terbiasa melihat wajah menganga dan gelengan kepala takjub hanya karena gerakan mobil yang tak seberapa. Dibandingkan saat di race, ini hanyalah sebutir berlian yang sering tidak terlihat.

Kaca mata berlensa ungu dengan frame hitam ia tarik ke bawah bersamaan dengan kaca jendela mobilnya yang turun. Seorang perempuan berkulit eksotis dengan lesung pipi di bagian kanan berjongkok di samping mobilnya.  Menyapanya sangat ramah saat matanya bersitatap dengan mata elang Dusten.

"Hi, handsome, ada yang bisa aku bantu? ¹It seems like your luxurious car needs the right place."

(¹Sepertinya mobil mewah mu membutuhkan tempat yang tepat.)

Dusten tersenyum. "²I just arrived and you're already teasing me like this."

(²Aku baru sampai dan kamu sudah menggoda ku seperti ini.)

Perempuan itu tertawa halus. Tawanya sangat indah sampai membuat pria di sekitar sana terpana menatapnya. Mungkin hanya Dusten yang tidak goyah.

"Aku hanya tidak ingin mobil mu kenapa-napa. I have experience. You don't need to worry." Perempuan itu mengedipkan sebelah matanya di akhir.

Tawa Dusten menyembur kecil.

"Oh, kamu sangat tampan saat tertawa."

"Benarkah?" Dusten mendekatkan sedikit wajahnya. Senyum kecil terbit di wajahnya kala melihat rona merah di pipi perempuan itu.

"Why would i lie, darling? Kamu sangat tampan, apalagi dengan mata mu yang terkena cahaya seperti ini. ³It shines brightly in my heart."

(³Itu sangat bersinar di hati ku.)

Tangan perempuan itu hendak menjamah rahang Dusten yang ditumbuhi rambut-rambut pendek. Tetapi, sebelum benar-benar menyentuh, Dusten lebih dulu menggenggam telapak tangan perempuan itu.

"Don't be like this."

Ada sirat kecewa di matanya. Dusten melihat itu. Ia memilih abai.

"⁴Show me the right place so i don't have to bother moving my car later."

(⁴Tunjukkan tempat yang tepat sehingga aku tidak perlu repot mengeluarkan mobilku nanti.)

"Oh, kamu tidak ingin menetap?"

Dusten menggeleng seraya tersenyum tipis. "Aku terlalu sibuk untuk itu."

"Kalau begitu letakkan mobil mu di area ini. Aku yang akan menjaganya." Perempuan itu menunjuk sebuah jalan yang dilingkupi garis emas.

Pangeran Kaca | New Version Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang