5. Temu

311 51 12
                                    

Unit Apartemen Byan,
Jum'at, pukul 21:35.

"Cantik" ia mengembangkan senyum. Duduk di sofa dan menghadap ke televisi yang menyala. Batinnya ber- ucap memuji, yaitu sebutan kepada wanita yang berparas menawan. Ia tak benar-benar menyaksikan adegan yang terpampang di benda besar ber- bentuk persegi itu. Pikirannya memutar kembali keadaan di siang tadi. Saat di mana ia tak sengaja bertukar pandang dengan seorang wanita.

Tak kenal siapa Dia, tak tahu siapa namanya. Namun, hatinya bergetar sejak pertama melihat Dia. Padahal, dengan jarak yang cukup jauh mustahil wajahnya terlihat jelas.

Senin, pukul 09:25

"Aduhh firaaaaa kok bisa kesiangan siihhh!! Nyesel banget pake tidur lagi abis Subuh" gerutu Shafira. Sabtu, ia memutuskan untuk menginap di apartemen milik Rindang. Ia berada di sana selama dua hari.

Hari ini, wanita itu terjadwal sebagai narasumber kuliah umum di kampus ia melangsungkan studi sarjana dulu. Kegiatan dimulai tepat pukul 10:00, tetapi 35 menit sebelum dimulainya acara tersebut Shafira masih berlari di lobi apartemen. Dengan tergesa- gesa ia berlari sembari membuka aplikasi transportasi online. Rindang sempat menawarkan untuk mengan- tar Shafira, namun ia menolak dengan alasan akan terjebak macet jika menggunakan mobil.

"Cepet cepet cepet cepet!!!"

"Nahh Alhamdulillah dapet driver.. huh" Shafira menghembuskan nafasnya setelah ia berhasil mendapat pengemudi ojek online. Matanya terus menerawang ke kiri dan kanan, mencari keberadaan ojek online yang dipesannya.

"Nah itu dia" berbekal nomor polisi kendaraan yang tertera pada aplikasi, ia pun berhasil menemukan sepeda motor dan pengemudi ojek tersebut, yang berada dak jauh dari area drop- off apartemen. Ia berlari mengham- piri pengemudi itu.

"Bang! Shafira!" kata Dia.

"Hah?" pengemudi itu tampak bingung.

"Ayok bang cepet!" Shafira dengan cepat menarik helm yang ada pada sisi tengah sepeda motor itu. Ia lalu naik dan mengenakan helm tersebut.

"Jalan bangg!!" ia sedikit meninggikan suaranya, sebab pengemudi itu tak kunjung melajukan sepeda motornya.

"I-iya dek iya" ucap pengemudi itu ketakutan.

Sepeda motor pun dilajukan dengan kecepatan yang cukup tinggi, namun masih pada kecepatan yang diatur untuk jalanan kota.

"Dek, maaf sebelumnya" ditengah perjalanan, pengemudi itu mengeluarkan suaranya.

"Iya bang?? Kenapa??" sahut Shafira.

"Anu.. saya gak tau jalan."

"Ya ampun Bangg.. kenapa gak bilang dari tadi, yaudah ini lurus aja kok. Ntar mentok ke kanan, terus lurus aja." tutur Shafira.

"Oke."

10 menit kemudian.

"Nih bang helmnya, ongkosnya udah by aplikasi yaa" setelah tiba di salah satu universitas ternama di Indonesia itu, Fira turun lalu memberikan helm milik pengemudi ojek.

pengemudi itu menerima helm dan menautkannya pada pengait yang terdapat di Dek motor. Saat itu juga ia mengarahkan wajah- nya untuk melihat dan menanggapi ucapan Shafira, "iy--" ucapannya ter- jeda. Ia tampak terkejut ketika melihat wajah Shafira.

"Yaudah bang, saya permisi dulu" ujar Shafira kemudian berlalu pergi.

Dari atas sepeda motornya, pengemu- di itu menatap ke arah perginya Shafira. Perlahan wujud Shafira tam- pak mengecil, menandakan semakin jauh jarak antara mereka. Ia menatap lurus tak bergeming.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RangkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang