weekend

289 34 4
                                    

Tak terasa sudah hampir satu minggu kucing putih bulat itu tinggal di rumah dohoon. Kini dohoon maupun si kecil sudah terbiasa dengan keadaan rumah.

Yuya sudah mampu untuk mengendalikan perubahan nya dan dohoon yang juga sudah biasa dengan hal itu. Juga tentang bagaimana si kecil putih itu menampak kan wujud nya di luar kamar dohoon.

Tentu sebagai seekor kucing. Dan sampai detik ini semua hal aneh yang terjadi pada dohoon masih belum berhenti.

Sebenarnya sejak tiga hari terakhir dohoon secara misterius terus terusan mendapati sebuah surat yang di tulis dengan kertas lusuh di depan pintu kamar nya.

Namun, isi dari kertas itu hanya berisi sebuah nama, shinyu. Dohoon akhirnya selalu membuang kertas tersebut akibat isi nya yang tak jelas.

Dan di pagi yang cerah ini dohoon menghela nafas lega sebab tak lagi menemukan surat misterius di depan pintu kamar nya.

Dohoon pun melangkah menuruni tangga dengan semangat. Mata nya memindai ke penjuru rumah. Langkah kaki dohoon menuju kearah depan rumah.

Dohoon memutuskan untuk keluar guna menyegarkan diri. Menghirup dalam dalam udara pagi yang menyejukkan.

"Hah..., enak banget, untung ini hari libur", dohoon berjalan kearah halaman nya.

Dengan santai pemuda itu mengambil selang air dan menghidupkan keran nya. Lalu pemuda itu mulai menyirami bunga bunga milik sang bunda.

Saat sedang asik menyiram sambil bernyanyi,  dohoon di kejutkan dengan kehadiran sosok berbulu yang menggelitik kaki nya.

"Heh!, ngagetin aja sih, lagian lo tuh kenapa diluar coba?", dohoon mengangkat bola bulu itu ke gendongan nya.

Si yuya kecil hanya diam sambil menatap sekitar. Sejujur nya sejak pertama kali dia tinggal di rumah dohoon, tak pernah sekalipun dohoon mengajak nya berjalan jalan komplek perumahan mereka.

Maka kucing itu pun melompat dari gendongan dohoon. Akibat kaget dohoon pun tak dapat mencegah si kucing yang langsung berlari keluar pekarangan mereka.

"Waduh!, si yuya lasak banget, main kabur segala", dohoon berlari mengejar kucing putih gembul itu.

Peluh menghiasi dahi pemuda berambut legam itu. Laju lari dohoon perlahan mulai melambat. Nafas nya ter engah engah memandangi si kecil yang berlari semakin jauh.

Walau merasa sangat lelah, dohoon tetap melanjutkan langkah nya mengejar kucing putih itu. Hingga pandangan nya menemukan si kucing yang asing berguling di bawah pohon beringin di dekat taman komplek perumahan dohoon.

Pemuda bersurai hitam itu mendekati kucing nya. Kemudian ikut menduduk kan diri di samping kucing putih itu.

Sembari mengatur pola nafas nya yang berantakan, dohoon mengangkat yuya ke pangkuan nya. Kucing itu pun terlihat sama lelah nya dengan dohoon.

Maka dengan tenang kedua nya berdiam diri di bawah pohon beringin itu. Merasakan suasana yang begitu sejuk juga damai. Perlahan dohoon menatap kucing di pangkuan nya.

"Lo tuh asal nya dari mana sih?", dohoon mengelus lembut kepala si kecil.

"Gue tuh belakangan ini tuh, rasanya kayak di teror loh, lo ga khawatir ke gue?", dohoon mengangkat kucing itu menghadap nya.

Kucing putih itu mendengus malas. Perlahan dia pun melompat ke samping pemuda itu.

Kucing itu menoleh ke kanan dan ke kiri guna memastikan tak ada orang yang melihat mereka. Lalu dalam sekejap yuya kembali berubah.

Dengan gesit pemuda bersurai coklat itu membalikkan badan nya kearah dohoon. Alis nya menungkik tajam dengan bibir yang melengkung kebawah.

"Kenapa doun ga pernah bawa yuya keliling komplek?!, yuya kan bosen di rumah terus!"

Sepertinya, manusia setengah kucing itu merajuk pada nya. Aduh, gemas sekali.
Dohoon mana sanggup kalau begini.

" iya, maaf, ini kan kita udah jalan jalan",

dohoon memeluk pemuda manis itu secara tiba tiba.

Sedangkan yang di peluk terdiam kaku. Jantung pemuda itu berdegup kencang sekali. Entah mengapa, walau pun di bawah pohon yang rindang yuya merasakan wajah nya memanas.

"Uhg!, doun!, sudah jangan peluk peluk lagi!", yuya mendorong tubuh dohoon agar menjauh darinya.

Dohoon tertawa pelan. Bukan nya menurut, pemuda itu justru semakin mendekat kan wajah nya pada si kecil.

"Doun..., jangan...",

si kecil itu kembali memundurkan tubuh dohoon Dengan bibir tertekuk dan mata yang sedikit berkaca kaca. Akhirnya karna tak mau membuat kecil nya menangis dohoon mengalah.

Ia pun memundurkan tubuh nya. Mengubah posisi mereka berdua, kini dohoon memangku yuya di paha nya.

"Memang nya kenapa kalau doun dekat dekat sama yuya?", dohoon meletak kan dagu nya di bahu pemuda manis itu.

Si manis menunduk sambil memain kan jemari besar dohoon dalam diam.

"Yuya ga tau..., tapi jantung nya yuya tadi bertedak cepat sekali"

Si kecil itu mendongak kan kepala nya guna menatap dohoon. Mata nya memelas lucu seperti anak kecil yang mengadu pada ibu nya.

"Yuya kan takut kalau sebenarnya yuya sakit jantung..., nanti yuya mati gimana doun?"

Mata nya kembali berkaca kaca. Dohoon tak kuasa menahan tawa nya, akhir pemuda itu tertawa keras sekali.

Namun, si kecil nya justru merasa sangat kesal. Mata nya yang semula memelas kini berubah menjadi tatapan garang. Yah.., walau pun di mata dohoon tetap imut.

"Kok ketawa?!, ini yuya ga bercanda loh doun?!"

Si kecil kembali bersuara. Nada kesal dan marah benar benar tersirat di perkataan nya.
Jadi agar manis nya tak marah lagi, dohoon menghentikan tawa nya.

"Itu bukan penyakit yuya..., dengarkan doun",

Dohoon membalik kan tubuh yuya kearah nya. Kini posisi meraka saling berhadap hadapan. Dohoon menangkup kedua pipi manis nya.

"Jantung yuya berdegup kencang itu karana yuya sayang pada doun..., makanya begitu",

Dohoon mengelus pelan surai halus si kecil. Yuya memiringkan sedikit kepala nya.

"Oh?, artinya yuya sayang doun ya?, kalau begitu apa doun jantung nya juga berdegup kencang?", tanya yuya.

Pemuda manis dengan keingintahuan nya yang luar biasa itu meletakkan tangan nya di dada dohoon.

Deg!, deg!, deg!

Wajah dohoon memerah secara keseluruhan. Perlahan pemuda itu menarik tangan yuya untuk di genggam nya.

"Iya, doun juga", jawab pemuda itu.

Manis nya tersenyum lebar. Mata nya melengkung cantik seperti bulan sabit. Menghantarkan rasa hangat kedalam relung hati si legam.

"Berarti doun juga sayang yuya, kan?", tanya yuya.

Dohoon mengangguk pasti. Memang ia kan sangat sayang pada manis nya.

'Bulol tak ketolong' - :)


Tbc...

Yuhuu!!💅🏻,helloww guyss, mwehehe maap ya lama, abis nya aku belakangan ini suka ga mood nulis.

Tapi aku bakal usahain buat cepet kok (ga janji), btw, buat kalian yang nanya kapan aku update book sebelah, sabar ya sayang..., aku mau banyakin dulu book ini.

Jadii... itu aja sih.., oke lah guys, bye byee, kapan kapan lagii 👋💖








it's yuyaa [DOSHIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang