Semilir angin berhembus lembut dari arah timur membuat suasana di pagi hari semakin mendingin, pagi hari yang masih gelap belum ada tanda tanda dari sang surya untuk muncul
musim dingin telah berlalu sebulan yang lalu, namun masih dapat di rasakan dinginnya udara pada pagi di negara eropa tersebut
Seorang pemuda bernetra emas menarik selimut yang berada di bahunya saat merasakan hawa di sekitarnya yang semakin mendingin
Ia meminum kembali coklat hangat yang ia buat untuk menemaninya di teras rumah sembari menatap langit pagi yang masih terlihat gelap
senyuman lembut ia ukir di wajah manisnya pemuda itu memejamkan mata menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya
ia membuka matanya tak kala mendengar suara pintu yang terbuka pemuda tersebut menoleh ke arah pintu rumah yang di buka oleh seorang lelaki bernetra biru safir
lelaki tersebut tampak sedikit terkejut saat melihat pemuda tersebut berada di teras rumah, wajah terkejut lelaki itu hanya di balas senyuman manis oleh sang empu
helaan nafas di hembusan oleh lelaki itu, ia duduk di kursi panjang yang sama dengan pemuda tersebut. Ia melepaskan jaketnya lalu memasangkannya pada pundak pemuda itu yang sudah di lapisi oleh selimut
"Kamu kenapa di luar sendirian gemmy, udaranya dingin loh" Lelaki itu atau yang sering di panggil sebagai Taufan menjepit hidung sang adik dengan gemas
Pemuda bernetra emas yang di panggil gemmy a.k.a gempa terkekeh pelan mendapatkan perlakuan tersebut oleh sang kakak
"Hehehe lagi pengen kak, udaranya seger banget" senyuman manis merekah indah, tak pernah luntur pada paras cantiknya
"Iya sih seger tapi kamu-kan punya hipotermia gem. Masuk yuk udaranya makin dingin" Taufan mengusap kedua tangan gempa yang mulai terasa dingin
gempa menggelengkan kepalanya perlahan menolak ajakan sang kakak
"Bentar lagi ya kak upan, gempa mau liat Sunrise "gempa menggenggam tangan Taufan yang mengusap tangannya tatapannya seolah ingin sang kakak menuruti keinginannya
Taufan mendengus kecil ia paling tak bisa menolak permintaan adik kecilnya itu, ia mengagguk paham matanya ikut menatap langit yang di tatap oleh gempa
gempa menjatuhkan kepalanya pada pundak taufan. Sang oknum sama sekali tak keberatan justru ia memeluk pundak gempa sebagai balasan. Hening sejenak di antara keduanya
"Kak upan boleh gem tanya sesuatu" tanya gempa matanya lekat menatap langit yang masih di hiasi oleh sang bintang
di tatapnya lembut wajah sang adik, senyuman teduh tercetak di wajah tampannya"Mau tanya apa, kak upan jawab semuanya" ucapnya dengan nada yang sedikit bersemangat
gempa tertawa kecil mendengar nada semangat sang kakak, senyuman di wajahnya sedikit memudar ia menarik nafasnya sebelum mengatakan apa yang ingin ia sampaikan
"Sampai kapan kakak bakal kayak gini terus?"
Taufan mengerutkan keningnya tak mengerti apa yang di maksud oleh gempa "Apa maksud mu gem?" bingungnya
gempa menegakkan tubuhnya, ia menatap netra biru safir milik sang kakak dengan tatapan sendu
"ini bukan kak upan yang gem kenal, sampai kapan kak upan mau larut dalam satu perasaan terus menerus?"
"Kamu ngomong apa sih gemmy kak upan gak ngerti kamu ngomong apa, kakak gak larut dalam satu perasaan kok" taufan menatap bingung pada gempa, ia mencari makna di balik tatapan sendu adiknya
KAMU SEDANG MEMBACA
one shot
Fanfictionkumpulan cerita one shot Trio G dan para elemental serta fusion