Dark Ness

574 37 1
                                    

❁✾❁✾



Malam gelap serta diiringi hembusan angin malam menjadi suasana malam yang paling mencekam bagi seorang laki-laki muda yang tengah berjalan pulang sendirian.

Dirinya menatap jam ditangannya, menunjukkan angka kesepuluh. Bahkan jika biasanya akan ramai sekarang tidak ada satupun orang yang melewati tempat itu.

Laki-laki itu merasa malam ini begitu berbeda dari biasanya, hembusan angin terasa menusuk kulit walau tubuhnya ditutupi kain yang tebal.

"Apa aku hidup dijaman dinosaurus? Kenapa tidak terlihat satupun makhluk bumi yang lain disini?" Ia bergumam, pada dirinya.

Bahkan ia berhenti sejenak untuk berpikir.

"Apa mereka semua menghilang?!" Ia bertanya, sambil menunjukan ekspresi paniknya.

"Aisshh tidak, kau berpikir terlalu jauh. Lebih baik kita pulang saja Jimin karena besok–"

Krekk

Deg!

Jantung seorang Jimin itu serasa diambil sekejap, tubuhnya tegang saat mendengar suara dari arah sampingnya.

"Si–siapa itu? Aku bertanya!"

Sepertinya Jimin harus diingatkan kembali bahwa sekarang dia tengah sendirian.

"Tidak menjawab? Haaa! Tidak mungkin itu suara hantu kan?"

Jimin mengusap telapak tangannya gelisah. Ia tengah dilanda kebingungan, ia takut tapi penasaran.

Pergi atau lihat, menjadi pilihan Jimin sekarang.

Tapi jika keduanya digabungkan itu artinya Jimin harus pergi bukan. Maka sekarang yang harus ia lakukan adalah mengeceknya.

"Ayo Jimin! Kau bisa. Kau tidak takut. Kau bisa" Jimin berusaha keras meyakinkan dirinya untuk mendekati asal suara tersebut.

Krekk

Dugh

"Eomma!!" Jimin menutup mulutnya seketika, nafasnya memburu begitu terkejut mendengar suara itu kembali dan lebih terkejut saat tau arah tersebut dari tempat yang gelap.

Hanya beberapa langkah ia ambil selebihnya Jimin mengurungkan niatnya. Ia tidak berani untuk melangkah ke tempat itu.

Ia ingat sudah lama beredar beberapa kasus pembunuhan dan penganiayaan juga terjadi ditempat itu, dan Jimin tidak mau menjadi korban selanjutnya.

Maka dari itu Jimin harus pergi. Mungkin semua suara itu hanya jebakan untuknya.

"To–loong"

Jimin menghentikan langkah kakinya yang ingin pergi. Suara rintihan itu membuatnya luluh tanpa sadar.

"Kenapa ini terjadi padaku? Aissh" Setelah berkata, ia kemudian kembali keasal suara itu, setelah melangkah cukup jauh Jimin menatap lorong sempit itu.

Dan semakin gelap pemandangan yang ia lihat sekarang.

"Aku menyesal tidak membawa handphone ku tadi pagi" Jimin merutuki dirinya, sambil semakin berjalan entah kearah mana.

Krakk

"Aakkkk"

"AAAKKK!" Teriakan Jimin bersamaan dengan suara yang didengar, apalagi sekarang ia tidak melihat apapun di sekitar, Jimin tidak tau apa yang sekarang dia injak.

"Aahkk– singkirkan–tanganmu!" Ucap seseorang dengan terjeda-jeda.

Jimin tergelonjat kaget. Ia menunduk untuk memastikan bahwa yang sedang berbicara adalah manusia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang