2. Rutinitas

8 0 0
                                    

Enjoy reading
***

"Anjir capek banget gue."

Leona menghempaskan tubuhnya di kursi kantin yang masih sepi. Bel istirahat berbunyi dua menit yang lalu. Dan kantin masih sepi sekali, hanya ada Leona Cs saat ini.

Ya, hukuman telah berakhir. Walaupun ada sedikit drama dengan Adit karena waktu hukuman yang lebih lama dari yang cowok itu katakan, membuat ketiga cewek itu ingin sekali melayangkan bogeman pada wajah sok gantengnya. Tapi pada akhirnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut, daripada kena double punishment dari Aslan, mending nurut ajalah.

"Li, pesen minum dong. Es teh manis satu." titah Leona pada Lian seenak jidat.

Lian mendengus pelan. Namun tak ayal bangkit berdiri juga. Cewek itu melirik ke satu temannya yang lain. "Lo apa?" tanyanya sedikit ketus.

"Eitss...santai dong. Jangan galak-galak. Yang ikhlas kalo nawarin." kata Cassy.

Lian memutar bola mata malas. "Lama. Gue tinggal." kemudian tanpa menghiraukan Cassy lagi, cewek itu berjalan menuju stand penjual minuman.

"Woi Lianjing! Gue es jeruk satu!" teriak Cassy karena Lian sudah menjauh.

Leona menyisirkan pandangan ke penjuru kantin yang mulai ramai. Mencari objek yang menarik perhatiannya.

Sedetik kemudian, cewek berambut panjang itu tersenyum sumringah. Di depan sana, tepatnya di pintu masuk kantin. Ada empat cowok berjalan memasuki kantin. Tapi fokus Leona hanya pada satu orang. Aslan.

Melihat cowok itu dan teman-temannya sudah duduk di salah satu bangku kantin, tanpa babibu lagi Leona menghampirinya, meninggalkan Cassy yang terpelongo di tempatnya.

"Mau kemana lo?" tanya cewek tomboy itu.

"Ngapel."

Cassy menggelengkan kepala sambil berdecak pelan. "Dasar bucin tolol."

"Sayang...."

Aslan mengernyit jijik mendengar panggilan menggelikan itu. Kemudian mendesah pelan saat menemukan cewek annoying bernama Leona yang sudah duduk sangat dekat di sebelah kanannya.

"Sayang pala lo peyang!" hardik Rean, teman Aslan yang terkenal pecicilan.

Leona mendelik sinis ke arah cowok itu. "Orang jelek diem aja!"

"Fiks mata lo katarak. Orang seganteng gue lo bilang jelek?" Rean terkekeh remeh. "Gue doain semoga lo suka sama gue nanti."

"Dih, mimpi! Hellow....selera gue sekelas Aslan yang ganteng, pinter, wangi. Bukan cowok jamet kurang belaian kayak lo! Iyuh....amit-amit!" Leona mengetuk-ngetuk meja kantin berulang kali sambil membuat ekspresi jijik.

"Gue juga ganteng, pinter, wangi. Cuma bukan anggota OSIS aja kayak Aslan sama Adit. Gue juga bukan jamet kurang belaian, yang ada gue yang belai-belai cewek-cewek haus perhatian kayak lo." balas Rean tak mau kalah.

"Oh ya? Lo pikir gue peduli?!" Leona melengos setelah melayangkan jari tengah ke arah cowok itu.

"Gak heran lo ditolak Aslan berkali-kali. Orang lo jauh banget dari tipe dia." Rean tertawa mengejek saat melihat Leona yang melotot ke arahnya.

"Lo-"

"Berisik! Kalo mau ribut mending pergi aja. Ganggu banget!" sela Revandi, cowok yang sedari tadi diam sambil memainkan ponselnya itu.

"Kalo bukan temen lo yang mulai, gue juga ogah buang-buang waktu buat ngeladenin cowok spek babi kayak dia." ujar Leona sambil melirik Rean penuh permusuhan.

She's LeonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang