1. The Badgirl

9 0 0
                                    

Enjoy Reading
***

Kata orang-orang, Leona Xaviera Adhinata adalah salah satu makhluk Tuhan paling indah. Tubuh tinggi semampai, wajah kecil dengan hidung mungil yang mancung, mata beriris coklat terang dengan bulu mata lentik yang menghiasi. Bibir ranum yang bikin salfok cowok-cowok. Kalo kata Cassy, bibir Leona itu cipokable banget. Makanya banyak yang salfok sama bibir Leona. Apalagi cowok-cowok mata keranjang yang isi otaknya ngeres melebihi tong sampah depan kelas. Yah, intinya, paras Leona tidak ada minus sedikitpun, perfect!

Tapi, manusia tidak ada yang sempurna, kan?

Dikaruniai paras menawan tidak membuat Leona memiliki kelakuan yang menawan pula. Sebaliknya, tingkahnya justru mirip psikopat gila yang suka menyiksa orang. Julukan Ratu Bully seakan melekat sempurna di belakang namanya.

Bayangkan saja, di hari pertama dia sekolah, cewek berambut kecoklatan itu sudah membuat anak orang menangis hingga trauma dan berujung pindah sekolah.

Jadi, waktu itu adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang menyambut tahun ajaran baru. Dan hari pertama juga bagi murid baru kelas sepuluh untuk menginjak bangku SMA.

Sebagai anak baru, Leona benar-benar asing dengan lingkungannya. Walaupun ada masa pengenalan lingkungan sekolah, namun ini benar-benar pertama kali dia akan menghadapi masa SMA yang sesungguhnya.

Katanya, masa SMA adalah masa sekolah paling indah. Masa dimana seorang remaja beralih dewasa. Dan masa kenakalan-kenalan remaja yang sebenarnya. Leona exited dengan itu. Dia selama ini sangat menantikan masa-masa SMA-nya ini.

Leona berjalan memasuki gerbang sekolah barunya yang megah. Hanya gerbang saja bisa membuatnya berdecak kagum. Sekolahnya benar-benar sekolah impian.

Menapaki lantai koridor yang ramai, cewek itu sesekali melarikan pandangan ke sekitar, mencari-cari dimana lorong kelasnya.

Sedari awal kedatangannya, tentu banyak yang mencuri pandang. Mulai dari cowok-cowok jelalatan hingga cewek-cewek haus perhatian yang merasa tersaingi. Well, memang kecantikan Leona tidak bisa dielakkan.

"Anjir, perasaan bener, deh kemarin gue masuk lorong sini. Tapi kenapa ini malah tulisannya kelas sebelas semua, ya? Kelas gue dimana, sih?" dumel Leona kesal sendiri.

"Please, lah otak! Jangan oleng dulu napa, sih?! Malu gue diliatin orang-orang ini." Leona menepuk-nepuk kepalanya berulang kali. Barangkali otaknya sedikit konslet, mungkin cara ini sedikit membantu.

"Kiw, cewek!"

"Cantik, mau kemana lo?"

"Widih, kayaknya ada yang nyasar, nih. Bidadari lagi."

Seruan-seruan itu berasal dari segerombol kakak kelas laki-laki yang tidak sengaja Leona lewati.

Leona berhenti berjalan lalu menghadap para cowok itu. Hanya sebagai bentuk penghormatan. Kesannya tidak sopan sekali kalau Leona nyelonong pergi saat ada yang menyapanya. Yah...walaupun menyapa dengan cara yang sedikit membuat Leona bergidik.

"Lagi ngapain lo disini?" tanya seorang cowok dengan rambut ikal saat melihat Leona berhenti berjalan.

Leona melirik malas ke arah cowok itu. Ganteng sih, tapi cara dia menatap sudah mirip pedofil haus belaian. Iyuhh!

Leona berusaha membalas dengan senyum. Terpaksa lebih tepatnya.

"Gue lagi nyari kelas gue kak, tapi kayaknya gue salah belok deh tadi." balas Leona se-biasa mungkin.

"Oh...lo pasti murid baru, kan?" tanya cowok itu yang hanya Leona balas dengan senyum canggung.

"Kelas sepuluh tuh bukan disini. Harusnya tadi lo lurus lagi, terus belok di koridor selanjutnya. Itu baru koridor kelas sepuluh. Kalo lo belok kesini, bukannya ketemu kelas lo, lo malah ketemu sama gue. Jangan-jangan lo emang jodoh gue lagi." jelas cowok itu panjang lebar diselingi senyum menggoda yang malah terlihat menggelikan di mata Leona.

She's LeonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang