05. The Winter Inside His Eyes

173 27 0
                                    

Tiga belas tahun yang lalu.

"Sean-ah?"

"Huh?"

Raein sedang berada di rumah Sean sepulang kuliah hari itu. Ia berada di atas tempat tidur Sean, berbaring dengan kedua tangan yang menyangga bagian belakang kepalanya. Sedangkan Sean sedang berada di sofa kecil di dekat jendela di apartemen studionya itu sambil membuka-buka halaman majalah di tangannya.

"Bagaimana awalnya kau memutuskan bergabung dengan Denver?" tanya Raein.

"Ayahmu merawatku sejak aku remaja, kau tidak tahu?"

"Ayahku?"

Raein dapat melihat Sean melihat ke arahnya sebentar kemudian mengangguk. "Aku juga tidak yakin bagaimana awalnya, tapi saat bertemu dengan beliau bertama kali, ayahmu bilang ingin melatihku."

"Aku tidak pernah mendengar cerita itu sebelumnya."

Sean menutup majalahnya. Kemudian berjalan ke arah meja di samping tempat tidurnya untuk mengembalikan majalah itu ke dalam laci meja. Mata Raein mengikuti ke mana Sean melangkah seolah menunggu tanggapan atas perkataan terakhirnya.

"Jadi kau sudah bergabung dengan Denver sejak masih sangat muda?" tanya Raein lagi, tanpa menunggu tanggapan Sean yang saat ini malah menuju lemari es untuk mengambil air minum.

"Benar. Seingatku, saat usiaku masih 15 atau 16 tahun," balas Sean sambil membuka tutup botol air minum yang telah ia genggam.

"Begitu rupanya."

Sean menghabiskan air minumnya kemudian membuang botol kosong yang telah ia remas ke dalam tempat sampah. Sementara itu, Raein masih memperhatikannya.

"Aku tidak punya siapa-siapa, dan saat bertemu ayahmu, aku bahkan tidak tahu aku datang dari mana, serta bagaimana aku tumbuh selama itu. Saat itu aku benar-benar kebingungan, jadi sejujurnya aku sangat berterima kasih pada beliau."

Keduanya terdiam sejenak.

Setelah mengatakan itu, Sean kemudian berbaring di lantai di bawah tempat tidur setelah mengambil bantal. Tidak lama kemudian, ia memejamkan mata. Raein melihat ke arah temannya itu sebentar kemudian mengalihkan pandangannya ke langit-langit di atas sana.

"Aku rasa ayahku sangat menyukaimu bahkan sejak awal, Oh Sean."

***

"Tidak mungkin kan, dia menyukaiku secepat ini?"

Masih terlalu pagi untuk banyak berpikir seperti itu. Namun pesan dari Sean yang diterima Sunhee pagi ini belum bisa membuat mata Sunhee beralih dari ponselnya bahkan setelah selama beberapa menit. Sunhee masih bingung bagaimana menanggapi pertanyaan "jadi, apa kau ada waktu hari ini?" yang dikirimkan Sean melalui pesan singkat itu.

"Mungkin saja itu cinta pada pandangan pertama."

"Huh? Hayoon-ssi?"

Sunhee terkejut saat mendengar Hayoon tiba-tiba menjawabnya. Wanita itu sudah berada di belakangnya, memakai celemek dan sarung tangan, serta membawa peralatan kebersihan seperti yang selalu dilakukannya setiap pagi sebelum membuka kedai. Tampaknya Sunhee tertinggal jauh. Sejak tadi ia masih bertahan mengelap satu meja sambil terpaku pada layar ponselnya. Sementara Hayoon sepertinya sudah selesai dengan pekerjaannya.

"Kau akan merusak matamu, nona. Sini, biar aku saja." Hayoon mengambil kain lap yang sedari tadi digenggam Sunhee, hendak mengambil alih pekerjaannya.

"Ah, tidak, tidak, aku akan melakukannya." Sunhee merasa tidak enak sehingga ia ingin merebut kain lap itu kembali.

[Completed] Red String of The Sun and The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang