Selamat membaca ✨
Maaf agak lama update :)
Dua hari berlalu Jonathan masih belum sadar, dirinya dinyatakan koma akibat peluru yang menembus dada kirinya. Setelah melangsungkan operasi Dita, Jonathan sudah tak sadarkan diri sampai detik ini membuat giovano menatap sendu istrinya yang tak henti-hentinya menangis karna melihat putra bungsu nya itu masih terbaring lemah bahkan banyak sekali alat kesehatan menempel ditubuh putranya.
"Mom, jangan nangis terus dong. Alvano pasti sedih kalau liat mommy seperti ini." Ucap sang suami
"Gimana aku gak nangis, anakku masih belum bangun mas. Udah dua hari dia gak bangun, aku takut...aku takut kehilangan vano lagi"
"Alvano pasti bangun sayang. Kamu gak perlu khawatir, dia udah baik-baik aja cuma butuh waktu. Kamu lupa, kita bahkan pernah menunggu vano bangun berbulan bulan sampai akhirnya dia bersama kita sampai saat ini."
Giovano tak mau membuat istri nya terus mengkhawatirkan keadaan alvano dan berpikir yang tidak-tidak mengenai keadaan putra bungsu nya itu. Bukannya tidak khawatir namun jika ia terlihat khawatir berlebihan justru akan membuat Rosaline semakin tak tenang.
"Daddy benar, mom. Jangan khawatirkan keadaan adek, dia pasti bangun! Dia—b-bangun, mom." Bramantyo melihat mata adiknya itu mulai menerjap.
"Adek bangun, mom!"
Mendengar itu mereka memandang Jonathan dan mulai mendekati nya. Bramantyo menekan tombol disamping brankar, tak berselang lama dokter dan suster masuk ke ruangan Nathan.
"Let us check the patient's condition first."
Mereka memberi jarak agar Nathan diperiksa oleh dokter.
" my little brother it's okay doc?" Tanya Bramantyo
"He is good, but his condition is still weak. Because he just woke up" jelas sang dokter
"It's best not to say anything before Doctor Jonathan recovers. I hope you understand what I mean." Ucapnya sebelum dokter itu pergi.
Seketika tubuh mereka menegang. Mereka baru sadar jika ada sesuatu yang mungkin akan membuat Nathan lebih sakit.
"Dad"
Giovano mendekati Jonathan.
"Ada apa nak? Butuh sesuatu? Nanti Daddy ambilkan." Nathan menggeleng lemah.
"Badan Nathan. Kenapa susah di gerakkan, dad!"
"Itu karna kamu baru bangun, makanya badan mu kaku dan susah untuk bergerak."
"Memangnya Nathan sudah berapa lama tidak bangun?"
" Dua hari sayang." Rosaline mengelus surai putranya.
"Mommy kangen sekali dengan Nathan."
"Nathan juga, mom."
Nathan meringis saat ia hendak merubah posisinya.
"Kamu jangan banyak bergerak dulu, nat. Biar Abang ubah posisi bed nya aja ya" Bramantyo menaikan bed nya menjadi setengah duduk.
"Juan sama bang arka mana bang?"
"Mereka berdua masih ada kerjaan, nanti juga kesini. Abang udah ngabarin kalau kamu sudah bangun"
Pikiran Nathan berkecamuk, seperti ada yang janggal tapi apa? Pikirnya.
"Dita! D-dita mana bang?"
Nafas Bramantyo tercekat saat mendengar nama Dita keluar dari mulut adiknya.