Ternyata Dark Horse...

244 17 8
                                    

Lelaki yang menantang Dark Horse menghentikan motornya setelah melewati garis finish. Ia melepas helm menampakkan wajahnya yang penuh dengan amarah. Apalagi melihat Dark Horse dan para pendukungnya merayakan kemenangan.

Ya, Dark Horse yang memenangkan pertandingan malam ini. Saat si lawan sudah akan melewat garis finish, ternyata Dark Horse memacu motornya dengan kecepatan yang melampaui lawannya. Seperti kemenangan Janu sebelumnya. Kemenangan Dark Horse atas lelaki itu sangatlah tipis. Namun tak peduli apapun itu Dark Horse tetap sampai sebagai pemenang.

Daniele dan Dewa ikut merayakan kemenangan Dark Horse di sana. Mereka sempat melakukan tos dengan joki misterius itu yang nampak tak ingin menunjukkan identitasnya hingga detik ini.

"Bajingan!"

Bugh

"Bangsat!"

"Lo apa-apaan brengsek?!"

Dewa mendorong kuat lelaki itu setelah memukul Dark Horse hingga jatuh dari motornya. Tentu saja motornya pun ikut roboh. Lelaki itu bangkit lagi dan menerjang Dark Horse yang masih di bawah, bahkan berhasil menyingkirkan Dewa dan Daniele yang menghadangnya.

"Siapa lo sebenernya, bajingan?! Identitas sampah macam apa yang lo tutupin?!"

"Gery, minggir lo, setan!" Umpat Dewa yang dengan kuatnya menarik jaket lelaki yang ternyata bernama Gery.

Gery enggan melepaskan cengkramannya dari jaket kulit Dark Horse. Seakan ingin membongkar identitas Dark Horse saat ini juga. Dewa tidak tinggal diam. Dibantu oleh Sandy, Dewa berhasil menarik Gery dan mengunci pergerakannya.

"Sean, Janu... bawa dark horse pergi" suruh Daniele membuat kedua anak itu gelagapan. "Cepet!"

"I-iya kak"

Janu buru-buru membantu Daniele mendirikan motor dark horse, sedangkan Sean membantu dark horse berdiri. Janu menuntun motor besar itu menjauh dari arena. Diikuti oleh Sean yang menuntun dark horse. Sean memegangi lengan dark horse yang sepertinya sedang kesakitan karena pukulan Gery.

Daniele, Dewa, dan Sandy masih berusaha menghentikan Gery. Atau lebih tepatnya Sandy menghentikan Gery, sedangkan Daniele menahan Dewa agar tidak kelepasan menghajar Gery di sini. Kemarahan Dewa itu seperti api yang disiram bensin.

"Maksud lo apa bangsat?! Kalah, kalah aja. Ngapain lo mukul lawan?!"

"Udah, Ndu... udah" lerai Sandy, bahkan sudah memanggil nama depan Dewa artinya Sandy sedang serius.

"Apanya? Nih orang emang minta dihajar biar sadar" Dewa masih berapi-api.

"Lo!" Gery menunjuk tepat di depan Dewa. "Pandu Dewata, lo gak usah ikut campur atau lo tanggung akibatnya!" Rupanya Gery mengancam Dewa yang justru tertawa remeh.

"Lo ngancem?" Dewa memandang Gery remeh. "Lo ngrusak kedamaian di arena, lo yang bakal abis sama gue"

Gery melepaskan cengkraman Sandy. Sandy pun mengangkat tangannya seakan melepaskan Gery begitu saja. Gery menatap nyalang tiga orang yang menghadangnya. Menunjuk satu per satu dari mereka.

"Lo semua lihat apa yang bakal terjadi karena udah ngremehin Gery Atmaja. Mati lo semua!"

Setelah mengatakan itu Gery pergi dengan amarah. Bahkan menendang salah satu orang yang ada di depannya. Padahal orang itu tak bersalah. Melihat itu hampir saja Dewa kembali tersulut namun dengan cepat Sandy menabrak tubuh Dewa dari depan.

"Udah, Pandu. Stop, jangan dilanjutin" tekan Sandy.

"Kurang ajar tuh orang! Minta dibinasain" sungut Dewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang