2

776 122 14
                                    

"Sepertinya anak anda ini benar mengalami hilang ingatan, tidak bisa mengingat apapun karena benturan keras yang ia alami pada kepalanya." seorang pria lansia dengan pakaian serba putih dengan rambut yang sudah putih juga menatap Wonwoo yang duduk terdiam di atas ranjang Wonwoo terbangun tadi.

Wonwoo menghela napasnya panjang. "Tinggal bilang amnesia." gumamnya lirih.

Membuat pria lansia yang disebut tabib itu mengernyitkan dahinya bingung. "Apa yang anda bicarakan?" tanyanya kemudian.

Wonwoo langsung menggelengkan kepalanya, ia menatap kedua orang yang mengaku sebagai kedua orang tuanya dan pria yang wajahnya persis seperti Hoshi tetapi mengaku bernama Chandra.

"Lalu apa yang harus kami lakukan tabib?" tanya wanita paruh baya itu dengan wajah sedihnya, melihat anak satu-satunya malah tidak mengingatnya sama sekali.

Sang tabib menatap kedua orang tua Wonwoo. "Untuk sekarang, biarkan anak kalian pulih terlebih dahulu, karena penyakit seperti itu sungguh langka dan sekarang tidak ada obatnya." jawabnya kemudian.

Wonwoo menatap sang tabib dengan tatapan tidak suka. "Nyampe seratus taun ke depan juga kagak ada obatnya kali.." gumam Wonwoo lagi, yang membuat keempat orang di ruangan tersebut menatapnya dengan terheran. Wonwoo terkekeh canggung dan segera mengalihkan pandangannya dengan menunduk.

Sang tabib kemudian pamit untuk pulang, dirinya di antar oleh kedua orang tua Wonwoo. Meninggalkan Hoshi dan Wonwoo di ruangan tersebut dengan saling diam. Hoshi memperhatikan Wonwoo yang menunjukkan wajah murungnya.

Ia kemudian mendekat, berdiri di hadapan Wonwoo yang duduk. "Alaska, apakah kau bertindak seperti ini, berpura-pura hilang ingatan untuk menghindari hukumanmu dari baginda raja?" tanyanya kemudian.

Wonwoo mendongak, menatap Hoshi dengan terheran, merasa aneh dengan bahasa yang Hoshi gunakan. Ia menghela napasnya panjang. "Aku beneran nggak inget apapun.. Chandra.." ucapnya, padahal ia kini sedang memikirkan bagaimana dirinya kembali ke tahun 2024.

Hoshi menatap Wonwoo terheran juga, sama seperti halnya Wonwoo, ia merasa bingung dengan bahasa yang Wonwoo gunakan. "Bukan berarti karena ingatanmu hilang, cara bicaramu yang baik dan benar juga hilang Alaska, kau seperti bukan Alaska yang aku kenal." balasnya.

"Karena memang aku bukan.." kesal Wonwoo, ia menghela napasnya dan berdiri dari duduknya, menatap Hoshi dengan lekat. "Apa ada cermin?" tanyanya kemudian.

Hoshi memutar bola matanya dengan malas lalu ia berjalan ke arah pojok ruangan tersebut dan mengambil sebuah cermin kecil dengan bingkai berwarna putih. Sebuah cermin klasik yang tidak pernah ada di bayangan Wonwoo. "Ini kamarmu tapi kau sendiri tidak mengenalnya, kau benar-benar lupa akan dirimu sendiri Alaska." ucapnya sembari memberikan cermin tersebut kepada Wonwoo.

Wonwoo menerimanya, membawa cermin itu ke arah wajahnya dan ia bisa melihat jelas wajahnya sendiri. Kedua matanya membulat lebar, ia melihat luka di pelipisnya. Ia kemudian menatap Hoshi sembari terdiam dan membuat pria itu menatapnya bingung.

Ia sedang memikirkan bahwa ia masuk ke tubuh seseorang yang memiliki rupa sama dengan dirinya, yang kelak akan bereinkarnasi menjadi dirinya di masa depan, dan Hoshi di hadapannya akan bereinkarnasi menjadi Dipta sahabatnya.

Ia tidak pernah mengira bahwa di masa lalu pun, ia memiliki persahabatan dengan Hoshi, meskipun belum jelas bagaimana karena ia sendiri masih bingung dengan keadaan yang menimpanya. Dan Wonwoo benar-benar ingin kembali, ia tidak mungkin terus terjebak di tempat dan tahun tersebut.

Namun Wonwoo tidak tahu bagaimana caranya. Ia memang banyak membaca buku, banyak membaca novel tapi Wonwoo tidak pernah membaca buku tentang time travel. Meskipun ia menonton film time travel, tapi semua itu dihubungkan dengan sains yang ia yakin di masa di mana dirinya berada sekarang belum ada ilmu sains yang sejauh di masa depan. Terlebih lagi itu semua hanya film, bukan kenyataan.

A Crowned AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang