5

691 88 2
                                    

Kedua mata Wonwoo mengerjap dengan wajah terkejutnya, ia menatap ke arah sebuah papan yang diberi sebuah tanda berwarna merah. Ia menoleh ke arah Mingyu dengan tatapan bingungnya yang juga ditunjukkan oleh Mingyu. "Bagaimana aku bisa melakukannya?" tanya Wonwoo terheran. 

Ia dan Mingyu kini berada di sebuah lapangan tempat untuk berlatih, hanya mereka berdua karena Mingyu meminta pengawal lain yang sedang berlatih untuk pergi dari sana terlebih dahulu. 

Mingyu menatap Wonwoo dengan terheran, padahal ia baru sekali mengajari Wonwoo tentang bagaimana caranya memanah. "Aku juga tidak tahu." jawab Mingyu kemudian. 

Wonwoo menunduk dan menatap kedua tangannya dengan tangan kiri yang memegang busur panahnya. "Apa ini muscle memory?" gumam Wonwoo yang membuat Mingyu menatapnya bingung karena tidak mengerti dengan yang dimaksudnya. Wonwoo menoleh dan menatap Mingyu. "Mungkin karena tubuh ini sudah biasa melakukannya, jadi aku bisa memanah tanpa sadar, seperti.. otot tubuh ini ingat dengan apa yang sering ia lakukan." jelas Wonwoo. 

Mingyu menatap Wonwoo masih dengan wajah bingungnya, ia sedikit banyak mengerti apa yang Wonwoo jelaskan, ia mengerti bahwa Wonwoo menjelaskannya sesedarhana mungkin karena jika dijelaskan secara kompleks, belum tentu Mingyu dapat mengerti. "Coba lakukan lagi.." ucap Mingyu kemudian. 

Wonwoo mengangguk, ia meraih anak panah yang ada di punggungnya dan mulai melakukan apa yang Mingyu ajarkan tadi, menatap titik merah yang sama, menarik anak panah di tangan kanannya dan melepasnya begitu saja. "Oh!" seru Wonwoo begitu anak panah itu mengenai titik merah itu tetapi di bagian pinggir. "Not bad.." ucapnya dengan bangga, tersenyum ke arah Mingyu yang mengangguk kecil. 

"Aku rasa kau tidak perlu latihan seperti yang lain, tetapi tetap harus mencobanya.." ucap Mingyu, ia meraih busur panah yang ada di tangan kiri Wonwoo dan melemparnya jauh dari sana. Ia kemudian menarik pedangnya yang ada di bagian tubuh kirinya, mengarahkan ujungnya ke arah Wonwoo yang menganga dengan apa yang Mingyu lakukan. 

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar. "Kau yakin Kripala? bagaimana jika kau membunuhku?" tanya Wonwoo dengan takut. 

"Tidak sampai terbunuh.." ia menggerakkan dagunya menunjuk pedang yang Wonwoo bawa dari rumahnya, yang disimpan di kamarnya. 

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, ia menarik pedang tersebut dari wadahnya dan mengarahkannya ke arah Mingyu. "Jangan.. terlalu kasar.." pintanya, ia sungguh takut sebenarnya tetapi bagaimana lagi, ia harus melakukannya sekarang demi bisa hidup menjadi Alaska dan mencari jalan keluar dari zaman tersebut. 

Serangan dimulai oleh Mingyu terlebih dahulu yang melakukan gerakan secara tiba-tiba dan secara refleks Wonwoo langsung mundur dan menghindari ujung pedang Mingyu yang hampir mengenai lengannya. Wonwoo menatap Mingyu dengan tajam, lalu dirinya melakukan gerakan yang sama yang dilakukan Mingyu dan pemuda itu berhasil menghindar. 

Lalu keduanya mulai saling menyerang, membuat pedang itu bersuara denting saat saling bertabrakan. Wonwoo benar-benar takut tapi tubuhnya terus bergerak, mencoba untuk melukai lengan Mingyu dan jika bisa, ia sudahi begitu saja. Karena dirinya juga takut akan terkena pedang Mingyu. 

Mingyu terus menyerang Wonwoo, bahkan sesekali menggunakan tangan kirinya untuk melancarkan sebuah serangan ke arah Wonwoo, membuat tubuh beberapa kali jatuh dan Mingyu menunggunya untuk bangkit. Mingyu mulai menyerang lagi dan membuat Wonwoo benar-benar mulai lelah karena terus mencoba untuk menghindar. 

Ia kemudian menatap Mingyu, mulai membaca gerakan Mingyu yang dilakukan selama beberapa kali lalu dirinya mulai menyerang Mingyu dengan melangkah maju, menggerakkan pedang di tangan kanannya untuk menyerang bagian kaki Mingyu dan ketika akan menggoreskan pendang itu pada paha kiri Mingyu, lengan kanannya terkena pedang Mingyu begitu saja. 

A Crowned AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang