4

697 94 3
                                    

Wonwoo menatap Mingyu dari posisi duduknya di atas seekor kuda yang ditunggangi Mingyu semasa Mingyu kabur dari istana. Sedangkan Mingyu menuntun kuda tersebut secara perlahan.

Ia menyunggingkan senyuman tipisnya karena malah dirinya yang menaiki kuda tersebut sedangkan sang pangeran yang menuntun kuda itu. Ia berdeham kecil dan membuat Mingyu mendongak. "Seharusnya, kau yang duduk di sini.. Kripala." ucapnya kemudian.

Mingyu tersenyum tipis. "Kau bilang kau lelah.." jawabnya, ia kemudian menatap lurus ke depan dengan tangan kanannya yang memegang tali untuk menuntun kuda hitam itu.

Wonwoo tak membalas apapun, dirinya memang merasa begitu lelah karena kemarin seharian berjalan kaki. Ia bahkan belum makan nasi sejak dirinya terbangun di tubuh itu dan pagi tadi, hanya memakan daging kelinci yang di bakar.

Ia sendiri tidak tahu akan di bawa kemana oleh Mingyu, karena jalan yang mereka lewati sekarang bukan untuk menuju ke kerajaan, melainkan semakin jauh dari area kerajaan. "Kripala.." panggil Wonwoo kemudian dan Mingyu kembali mendongak. "Jika besok aku.. tidak membawamu kembali.. kepalaku akan di penggal." ucapnya kemudian.

"Kita akan kembali malam ini, tenang saja." jawab Mingyu, ia menghentikan langkahnya dan membuat kuda itu juga berhenti.

Kedua mata Wonwoo membulat, dirinya turun dari kuda tersebut secara perlahan, melihat hamparan rumput hijau yang begitu luas dengan bunga-bunga kecil yang tumbuh di antara rerumputan itu. "Wah.." gumamnya dengan tatapan berbinar.

"Apa.. di masa depan sudah tidak ada tempat seperti ini?" tanya Mingyu, ia mengajak Wonwoo melangkah memasuki area rerumputan itu, keluar dari area hutan yang ditumbuhi pepohonan pinus.

"Ada.." ia melangkah mendahului Mingyu. "Tapi di belahan dunia lain dan aku tidak punya waktu juga uang untuk ke sana." jawab Wonwoo dengan kedua mata yang berbinar, ia melebarkan senyumannya dan memejamkan kedua matanya, menikmati hembusan angin yang mengenai tubuhnya, begitu menyejukkan.

Mingyu memperhatikan Wonwoo dengan lekat, melihat pria itu yang terlihat begitu senang dan berlanjut dengan berlarian di rerumputan tersebut seperti baru pertama kali merasakannya. Padahal, ia pernah mengajak Wonwoo ke tempat tersebut, dan apa yang terjadi sekarang, membuat dirinya semakin yakin bahwa pria itu bukan Wonwoo yang ia kenal.

"Pangeran Kripala.. bagaimana pangeran bisa tahu tempat seperti ini, ini sangat indah.." Wonwoo menatap Mingyu dengan senyuman di wajah manisnya.

Mingyu membalas senyuman tersebut. "Kau menyukainya?" tanyanya dan Wonwoo mengangguk dengan antusias.

Kedua mata rubah Wonwoo menatap lurus ke depan dengan memperhatikan rerumputan juga langit yang begitu cerah. "Ini sangat menakjubkan pangeran, jika bukan karena pangeran, hamba tidak bisa melihat tempat seindah ini." balas Wonwoo dengan senang.

Mingyu terkekeh kecil, ia kemudian meraih tangan kiri Wonwoo, menggenggam pergelangan tangannya dan membuat Wonwoo menoleh, menatapnya dengan bingung. "Ayo.." ajaknya, ia melangkah memasuki area rerumputan tersebut dengan Wonwoo yang mengikutinya.

Wonwoo tersenyum lebar, semakin jauh memasuki padang rerumputan itu, semakin dirinya merasakan angin yang berhembus dengan cukup kuat dan begitu menyejukkan.

Secara perlahan, tangan Mingyu melepas tangan Wonwoo, membiarkan pemuda itu berkeliling di pandang rerumputan tersebut dengan ia yang terus memperhatikan Wonwoo.

"Pangeran!" Wonwoo berseru senang, menatap Mingyu dari kejauhan dan melambai ke arahnya.

Mingyu berlari mendekat ke arah Wonwoo dengan wajah paniknya, ia meraih tubuh pemuda itu yang jatuh di rerumputan, yang memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. "Alaska.. Alaska ada apa? Kenapa denganmu?" tanya Mingyu panik.

A Crowned AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang