6

663 92 9
                                    

Wonwoo menggigit bibir dalamnya dengan kuat, mencoba untuk menahan rasa sakit di kepalanya yang mengingat beberapa hal yang tidak pernah terjadi di hidupnya, ia yakin itu adalah ingatan dari pemilik tubuh tempat dirinya bersarang sekarang.

Ia meremas kuat pakaian yang ia gunakan, memejamkan kedua matanya dengan erat, mencoba untuk tidak menganggu sebuah pertemuan di ruangan tempat dirinya menunggu Mingyu. Mingyu tengah bertemu dengan calon istri yang ayahnya bawa dari kerajaan Panditha.

"Pengeran.. apa yang anda lakukan?" Wonwoo menatap Mingyu dengan mata yang membulat, ia menelan ludahnya dengan kasar saat Mingyu masih terus mendekat ke arahnya meskipun ia sudah tidak bisa mundur lagi karena tembok gedung perpustakaan yang ada di belakangnya. "Pangeran?" panggil Wonwoo dengan bingung.

Mingyu menatap sang pengawal pribadi dengan wajah datarnya, ia memperhatikan lekuk wajah Wonwoo yang menatapnya dengan dahi mengkerut karena kebingungan. "Alaska.. apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu tentang semalam?" tanyanya kemudian.

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, ia mengerjap kecil dan mengalihkan pandangannya dari Mingyu. "Ti-tidak pangeran.. tidak a-ada.." jawab Wonwoo dengan terbata, jantungnya berdetak begitu cepat, takut Mingyu akan mendengarnya.

Sang pangeran tersenyum tipis, ia membawa kedua tangannya bertengger di kedua sisi kepala Wonwoo. Membuat pengawalnya itu membulatkan mata rubahnya dengan lebar. "Aku tahu apa yang terjadi semalam.. Alaska.." ucap Mingyu dengan senyuman tipis.

Wonwoo menatapnya dengan wajah yang panik, ia menggigit bibir dalamnya dengan kuat. "Pangeran.. hamba mohon maaf, hamba tidak bermaksud untuk--"

"Aku sudah memberitahumu mengenai ciuman pertama yang ada di buku yang aku baca kan Alaska?" sela Mingyu dan membuat Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar. "Kau sudah mengenalku bertahun-tahun dan seharusnya kau tahu bahwa semalam adalah ciuman pertamaku." lanjutnya.

"Pangeran Kripala! Hamba mohon maaf.." Wonwoo menatap Mingyu dengan memohon, ia mengerjap kecil dengan wajah takutnya. "Pangeran bisa menghukum hamba, hamba bersalah, hamba mohon maaf.." pintanya lagi, karena apa yang ia lakukan semalam memang salahnya.

Mingyu terkekeh kecil, ia mengecup bibir Wonwoo dan membuat sang pengawal terdiam dengan mata membulat lebar dan belah bibir terbuka. Terlihat begitu menggemaskan di kedua mata almond Mingyu. "Aku tidak tahu jika kau memiliki perasaan itu terhadapku Alaska, itu sebabnya sampai sekarang aku hanya diam." ucapnya kemudian.

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar. "Apa.. maksud pangeran?" tanyanya bingung, tidak bersikap bodoh, tapi ia bingung kenapa Mingyu diam sampai saat ini, ada apa dengan Mingyu?

"Kau memiliki sebuah perasaan cinta terhadapku kan Alaska, bukan hanya sebuah perasaan pengawal pribadi kepada tuannya?" tanya Mingyu, ia menurunkan kedua tangannya dari kedua sisi kepala Wonwoo.

Pria bermata rubah itu menjatuhkan pedangnya begitu saja dan ia terkejut bukan main, ia mengerjap kecil dan akan mengambil pedangnya tetapi Mingyu menghentikannya. "Pangeran.." lirih Wonwoo.

"Aku juga Alaska.." ucap Mingyu yang membuat Wonwoo menatapnya dengan wajah tercengang. "Aku juga memiliki perasaan seperti itu padamu.." lanjutnya

Kedua mata rubah itu membulat, belum sempat membalas, ia merasakan bibir yang semalam dirinya cium menyapa bibirnya, menciumnya begitu dalam hingga dirinya lupa siapa yang menciumnya sekarang.

Mingyu secara perlahan melepasnya dan menjauh, ia menatap Wonwoo yang masih mematung. Ia terkekeh kecil dan meraih tubuh Wonwoo, memeluknya dengan erat. "Aku mencintaimu.. Alaska.."

A Crowned AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang