XVI. Kenyataan

672 49 96
                                    

🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤🖤🖤

Pukul dua dini hari, Alarik terbangun karena merasakan tenggorokannya yang kering. Lelaki itu segera bangun dan memeriksa teko yang berada di atas nakas, dan ternyata teko itu kosong. Sepertinya, Irina lupa mengisi air sebelum tidur tadi malam.

Alhasil, Alarik mau tak mau yang akan pergi sendiri mengisi teko imut itu dan membawanya ke kamar lagi, sekaligus mengambil ponselnya yang tertinggal di ruang kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhasil, Alarik mau tak mau yang akan pergi sendiri mengisi teko imut itu dan membawanya ke kamar lagi, sekaligus mengambil ponselnya yang tertinggal di ruang kerja.

Teko imut itu bukanlah teko yang biasa Alarik gunakan. Beberapa hari lalu, Irina menyukai teko tersebut setelah melihatnya di sebuah iklan aplikasi belanja online.

Tanpa pikir panjang, Alarik langsung memesannya dan teko itu datang di hari itu juga. Sejak saat itulah, teko di kamarnya dan Irina berganti menjadi teko yang sangat Irina sukai.

Suasana mansion Alarik tengah malam terasa sangat sepi, dikarenakan para pelayan sudah beristirahat. Hanya ada beberapa penjaga yang masih bergantian menjaga setiap tiga jam sekali.

Alarik pergi ke dapur tanpa memakai pakaian atas, hanya memakai celana pendek saja. Rambutnya dibiarkan berantakan, menambah kesan manis pada dirinya meskipun tatapan tajamnya itu tidak pernah pudar.

Setelah urusannya selesai, Alarik kembali ke kamarnya dengan membawa teko yang sudah berisi air beserta ponselnya yang sempat menginap di ruang kerjanya beberapa jam.

Alarik menuangkan air dan meminumnya hingga habis satu gelas. Lelaki itu sepertinya benar-benar haus. Setelah dahaganya terpuaskan, segeralah ia naik ke atas kasur perlahan agar tidak membangunkan Irina yang sedang tertidur lelap.

Lelaki itu membuka ponselnya untuk mengecek sebentar apakah ada pesan penting atau tidak. Begitu melihat-lihat notifikasi, Alarik tertuju pada satu notifikasi dari nama yang sempat Alarik kenal dua tahun yang lalu.

"Tiff ..." Alarik berbisik pelan setelah membaca pesan tersebut, pesan yang berasal dari gadis yang merupakan cinta pertamanya sebelum menikah dengan Irina.

EXSUPERARE INFERNUM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang