9. Pigeon

20 3 0
                                    

"Kasihan sekali dirimu, pasti pemilikmu sedang menunggumu pulang." Veyanna mengusap lembut kepala burung merpati tersebut, burung merpati yang sempat ia temukan di balkon ruang musik tadi.

Saat ini, Veyanna juga Ratu Neria sedang berada di lantai enam istana, tepatnya di ruang penelitian. Mereka membiarkan peneliti istana untuk merawat merpati tersebut. Nasibnya cukup malang, terdapat beberapa goresan di kakinya dan sayap kirinya juga tidak terlihat baik-baik saja.

"Paman, berjanjilah untuk merawat merpati ini hingga sembuh total."

Hati Veyanna begitu lembut, dia menyayangi semua makhluk hidup dengan sepenuh hati.

Dia dan ibunya menguasai sihir penyembuhan, sihir itu diwariskan secara turun-menurun dari nenek ibunya yang merupakan salah satu titisan dewi. Namun, sihir itu tidak diwariskan dengan berlatih atau belajar, sihir itu muncul dengan sendirinya pada yang terpilih.

Di antara dua putri Ratu Neria, hanya Veyanna yang mewarisi sihir tersebut, sedangkan Vellata tidak, tetapi sebagai gantinya, Vellata itu termasuk sosok yang belajar dengan cepat karena dia memiliki rasa penasaran tinggi pada sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Veyanna atau sang ibu bisa saja menyembuhkan burung merpati itu dengan sihir mereka, tetapi mereka memilih membiarkan merpati itu dirawat dan disembuhkan secara perlahan, mereka hanya tahu bagaimana keadaan fisiknya, tetapi tidak dengan keadaan mentalnya.

"Baik, Putri Vey, saya berjanji akan merawatnya dengan baik," ujar Volker si peneliti istana yang bijak.

"Terima kasih sudah membantu mengobatinya, Tuan Volker," ucap Ratu Neria ramah.

"Sama-sama, Ratu Vilneria, itu sudah menjadi tugas saya di dalam istana ini."

"Sebentar lagi jam makan malam, selamat menikmati makanannya, saya permisi."

"Silakan, Ratu." Volker menunduk sopan.

"Paman Volker, sampai jumpa." Veyanna mengakhiri kalimatnya dengan senyum manisnya.

Volker membalas senyuman Veyanna dengan senyum tipis khas miliknya, meski hanya senyum tipis percayalah bahwa dia tulus melakukannya.

Volker selalu merasa bahagia tinggal di dalam istana, selain dirinya yang selalu mendapatkan apa saja yang dibutuhkan, dia juga senang bisa dekat dengan keluarga bangsawan yang sangat ramah dan lembut seperti mereka.

~>🦋<~

"Ibu, haruskah Sparky menggantikan merpati itu untuk mengantarkan surat ini?" Veyanna menatap surat yang berada di genggamannya dan beralih memandang sang ibu sejenak.

"Kau yakin Sparky tahu wilayah hutan itu?"

Kali ini Veyanna menatap sang ibu dengan serius. "Aku yakin, selama perjalanan, aku selalu mengajak bicara Sparky dan bercerita banyak hal, aku pikir Sparky bisa mengerti. Selain itu, aku memang sempat melewati hutan itu, aku bahkan mendapat teman baru dari beberapa hutan yang aku lewati, aku hafal sekali wilayah hutan itu, aku akan berusaha menjelaskannya pada Sparky."

Saat Veyanna ingin mengambil merpati tersebut dari balkon, dia menemukan sepucuk surat dengan tulisan pengirim dan penerima dengan nama kerajaan masing-masing.

Veyanna tidak tahu tentang kerajaan dari si pengirim, Ratu Neria juga sama tidak tahunya, mungkin karena Ratu Neria sendiri tidak banyak berinteraksi dengan penghuni kerajaan lain. Namun, tidak masalah, Veyanna tahu pasti tentang nama kerajaan si penerima, jadi surat yang sedang ada kendala di perjalanan ini akan tetap sampai pada si penerima.

"Itu terserah padamu, Vey, kau lebih tahu bagaimana Sparky karena kau yang merawatnya, Ibu hanya berharap Sparky tidak tersesat dalam perjalanan."

Mereka berbincang sembari menuruni tangga dengan langkah perlahan.

Veyanna and Her story behind the ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang