05

45 15 11
                                    

sbg permintaan maff karna aku gonta-ganti judul mulu. aku apdet dua chapter karna aku tadi ngetik ini chapter sekali duduk (liburan gabut)
________________
.
.
.

Dia atau mungkin orang lain akan bertanya, kenapa aku meninggalkannya? Tidak memberi kabar, atau meninggalkan pesan untuk dia lagi.

Kataku, aku tidak pernah meninggalkannya, sebab aku sudah memberikan hatiku untuknya, kutinggalkan hatiku bersama dia saat itu, disana, di Corazon village.

Dan aku tidak akan membiarkan dia pergi lagi membawa hatiku dan menghancurkannya.
Akan aku kumpulkan dan ku susun lagi untuknya.

Aku tidak egois, aku melakukan segalanya untuknya.
Baca lagi kalimatku, semuanya aku lakukan untuknya.

'Kan?

.
.
.

Sejak menginjakkan kembali kakinya di tanah Thailand, Latte masih memiliki bayangan Kim di dalam benaknya. Tapi ayahnya sudah ada di sana bersama ibu dan kakak-kakaknya. Jena, anak tunggal Patricia, kakak tertuanya yang juga seorang anggota dewan itu sudah kelas enam sekarang, dia semakin tinggi dan dia bersekolah di luar negeri semenjak kecil, jadi jarang sekali mereka melihat dia di Thailand. Ada Net dan juga Jay, pacar Net yang kini sudah diikat dengan cincin pertunangan, kakak laki-laki satu-satunya Latte ini belajar dari kesalahan, begitu hatinya menyerah oleh sosok Jay, dia langsung mengikat lelaki Laos-Thai itu dalam pertunangan. Latte merasa mulas, terbang selama belasan jam membuat perutnya sakit. (maaf ini authornya yang curhat pake nama Latte)

Tapi hari itu juga dia bilang pada seluruh keluarganya soal keputusannya berhenti ekting. Ayahnya senang, sebab Latte bilang mau membantu di perusahaan keluarga.

Net kembali bertanya soal keputusan Latte itu, dan dia bilang dia sudah memantapkan keputusannya itu semenjak dia ada di London, menurutnya menjadi bagian keluarga terpandang di seluruh negeri saja sudah cukup menakutkan, dia tidak ingin dimaki-maki lagi dan dikritik soal pekerjaannya kalau semisal nanti dia menikahi juga seorang lelaki.

Berada jauh di London Latte menyadari satu hal, dia adalah seorang gay. Bukan biseksual, tapi gay. Dia hanya tertarik secara seksual pada sesama laki-laki.

Selama itu dia sibuk belajar bisnis keluarga, pergi kemanapun ayahnya bepergian, membangun relasi baru dan juga belajar banyak hal. Ayahnya jujur saja sangat senang dan bangga pada Latte, mungkin dengan begini ayahnya tidak akan keberatan kalau semisal dia tiba-tiba membawa Kim pada keluarganya sebagai pacar.

Bicara soal Kim. Latte akhirnya dapat libur panjang, dia ingin kembali mengejar Kim. Dia melihat berita soal Tle dan First, teman-temannya dahulu kini menjadi sepasang kekasih, dan mereka ada di panggung peragaan busana yang kebetulan Kim juga ada di berita itu. Latte menjadi bersemangat dalam hatinya, menghubungi kedua temannya itu dan disambut dengan riang, mereka bertemu kangen dan berjanji akan menghabiskan malam tahun baru bersama nanti. Membawa Latte kembali bertemu dengan 'dia'. Latte menatap punggungnya yang kurus, terlihat ringkih seperti dulu, tidak ada bedanya. Tapi dia memang sedikit lebih anggun dan bersinar dari pertama Latte mengenal dia. Dia tampak begitu asing, tapi Latte tahu saat dia membalikkan badannya menghadap Latte, bumi yang dibawah telapak kaki Latte terasa berhenti berputar. Dialah Kim, figur yang Latte dambakan seumur hidupnya.

...

“Silahkan, Tuan.”

Kim menyambut gelas berisi air berwarna merah itu, menyesap sedikit kemudian meletakkannya lagi, dia menebar pandangannya mencari-cari diantara lautan manusia di lantai dansa. Kemana laki-laki itu? Pergi kemana Latte tadi?

to love somebodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang