06

60 16 14
                                    

dalam taman punya berdua

kau kembang, aku kumbang

aku kumbang, kau kembang

kecil, penuh surya taman kita

tempat merenggut dari dunia dan 'nusia

Chairil Anwar
(Taman, 1943)

_________________

⚠️18+⚠️

.
.
.

Latte pernah terpikir kalau kehilangan kedua orang tuanya karena perceraian akan menjadi hal paling buruk yang bisa dia alami. Tapi tidak, menemui ayah kandungnya yang bersimbah darah tak bernyawa di lantai rumah kayu sederhana mereka lebih buruk dari itu. Latte saat itu baru berusia sepuluh tahun, pulang sekolah dan menemukan ibunya terduduk tak bergerak di samping mayit ayahnya. Bibir ibunya pucat, ada darah yang mengalir di pergelangan tangannya.

Latte tidak memiliki keluarga lain yang dia kenal, dia hanya punya kedua orang tuanya. Hidup sangat miskin, sehari bisa makan saja sudah bersyukur. Ayahnya suka sekali memukul ibunya, dan setiap malam Latte selalu dikunci oleh ibunya di dalam kamar, disuruh menutup kupingnya agar tidak mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. “Tutuplah telingamu pakai bantal, Tae.” Ucap ibunya dengan bibir lebam bekas robek dipukul ayahnya malam kemarin. Ibunya menceraikan ayahnya, Latte pikir itu sudah cukup untuk dia dan ibunya merasa aman. Tapi rupanya tidak begitu, sebab dia menemui kejadian naas itu pada hari itu.

Saat pemakaman kedua orang tuanya di kuil, seorang perempuan paruh baya datang dan menatap Latte dengan sayang, mengelusi kepala Latte dan setelah itu dia dengar kalau dia adalah ibu baru Latte.

“Panggil mama, nak?”

“Mama…”

Perempuan itu tersenyum, “ya, aku ibumu sekarang. Dan namamu sekarang Latte, ingat, Latte.”

“Latte.” Ulangnya.

'Mama' tersenyum puas, “Kamu akan pulang ke rumah bersama ibu, ya.”

Latte sekarang punya keluarga yang lengkap, harmonis dan memperlakukannya dengan baik. Latte saat di kuil sudah dibisiki untuk terus bersikap penuh rasa syukur pada keluarga barunya nanti. Dan sampai saat ini masih Latte lakukan; berupaya menjadi kebanggaan keluarga agar tidak menjadi anak tidak tahu diri yang dibawa ke dalam keluarga besar itu.

Untuk beberapa tahun di hidupnya, dia selalu dibayang-bayangi oleh kejadian mengerikkan kematian orang tuanya, ibunya yang membunuh ayahnya yang kejam pada mereka, kemudian bunuh diri dan meminta agar kuil mengurusi Latte. Latte yang awalnya akan tinggal di kuil, dijumpai oleh keluarga Net Siraphop dan dibawa ke rumah mereka.

Ibu sambungnya selalu bilang pada Latte setiap malam, bahwa kedatangan Latte mampu menghibur kesedihannya, bahwa setelah Latte dibawa pulang, keluarganya yang sempat berantakan itu kembali berkumpul dan bahagia lagi. “Tidak ada yang akan berani menjahati kamu lagi, Latte. Kamu adalah permata ibu, anak termuda ibu setelah Net Siraphop. Ibu mencintai kalian semua secara sama, tanpa terkecuali.” Dan perlahan mimpi buruk Latte pun menghilang, setiap malam Latte kecil dipeluk oleh ibu barunya.

...

“Kak Kim, kamu sudah mabuk!” Tle merebut gelas yang ada di tangan Kim.

Kim merengut dan protes. Dia merasa masih bisa minum beberapa teguk lagi. Tapi teguran TleFirst dan juga Latte tidak dia hiraukan.

“Aku belum minum sama sekali selama setengah tahun! Biarkan aku menghabiskan gelas ini.”

“Aduh! Kacau sekali orang ini, Tte.” Kata Tle yang juga sibuk menopang tubuh First yang sudah hampir ambruk. “Belum juga jam dua belas!”

to love somebodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang