07

40 13 7
                                    

mengapa saat dia yang tepat datang, selalu diwaktu yang tidak tepat?

jawabannya hanya diketahui oleh sang alam.

.
.
.

“Kim, kamu gay?’

Kim langsung dicerca pertanyaan oleh tunangannya itu, Kirn. Ketika dia baru sampai ke rumah setelah tiga hari dua malam tidak pulang-pulang.

“Kenapa tanya begitu?”

Kirn menunjukkan foto di ponselnya, tangannya bergetar saat menunjukkan foto Kim yang berada di Jalan Merah klub gay terkenal bersama dua orang teman modelnya, TleFirstone.

“Sudah di tweet ulang sebanyak ratusan kali sejak semalam.”

Kim sebenarnya tidak pusing jika orang tahu dia sebenarnya bagian dari alfabet warna-warni itu. Apalagi setelah bersama Latte, dia semakin merasa percaya diri.

“Aku bi.” Dia tidak bohong.

Tapi Kirn terlihat lebih terkejut dibanding ketika dia tahu Latte berhenti menjadi aktor, “aku tidak tahu kamu bi?!”

“Bagaimana bisa tahu, kamu tidak tertarik dengan kehidupanku, dan kamu sibuk sendiri dengan kehidupanmu.”

“Lalu…? Lalu apa ibu dan ayahmu tahu? Kamu gay?”

“Kamu ingin memberi tahu mereka? Kirn, kalau mereka tahu, aku akan memutuskan pertunangan ini.”

Kirn merasa terpukul, matanya membesar mendengar kata-kata Kim. “Kenapa? Kenapa kau bicara begitu, Kim? Apa selama ini kamu  hanya menggunakan aku untuk menutupi seksualitasmu yang sebenarnya?”

Itu tidak betul, tapi mungkin memang Kim yang hanya menganggap Kirn sebagai pengganti atau ‘plan b’ ketika dia tidak akan memiliki siapa-siapa untuk menemani dia di sisa hidupnya. Tapi bukankah Kirn pun sama dengan dia? Dia pun tidak pernah mencintai Kim, tidak tertarik pada kehidupan Kim atau hobi-hobi Kim. Oke mungkin kemarin dia bilang dia suka tulisannya. Tapi soal perasaannya yang sebenarnya?

“Kirn, aku tidak pernah melela pada siapa pun, karena aku tidak berpikir itu hal yang harus dilakukan. Mencium laki-laki karena aku laki-laki bukanlah sesuatu yang aneh buatku, mungkin buat seluruh dunia itu tidak biasa, tapi aku tidak berpikir begitu. Aku tidak peduli juga kalau seluruh dunia tahu, tapi kalau ayah dan ibuku mengetahuinya…” aku akan segera mengakui itu tanpa menutup-nutupi lagi, aku akan membawa Latte pada mereka sebagai pacarku.

“Apa? Kalau orang tuamu tahu kemudian apa, Kim?!” Kirn berteriak dan mengguncangkan lengan Kim. “Kim?! Kamu tidak boleh memutuskan pertunangan kita! Aku sudah bilang pada mama kalau kita menikah tahun ini.”

Kini giliran Kim yang terkejut. “Menikah itu keputusan kedua belah pihak, Kirn!”

“Apa maksudmu? Tinggal bersama selama hampir tiga tahun dan kamu masih ingin berdiskusi soal kapan kita boleh menikah? Sampai kapan?! Kamu bilang sendiri kalau pun kamu mau menikah itu dengan aku!”

Kim melihat mata Kirn yang berair, dia merasa tidak tega sudah menyakiti perempuan itu. Tapi dia tidak mau melewatkan kesempatan untuk mencintai seseorang yang benar-benar dia cintai.

“Aku bertemu seseorang.” Akunya pada Kirn.

Kirn tidak sanggup berkata-kata lagi, dia merasa di khianati dan yang ingin dia lakukan saat itu adalah menangis, jadi dia hanya menangis sejadi-jadinya di hadapan Kim.

“Kamu jahat, Kim! Lalu aku bagaimana?!” Ucapnya disela tangisan. Kirn memeluk lututnya di atas kasur. Kim cuma melihat dia dengan perasaan yang tidak tega.

to love somebodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang