04 • Xanadu

31 6 0
                                    

Dunia ini memang rumit dalam segala sesuatunya. Teka-teki akan selalu bertaburan layaknya bunga kapas yang berjatuhan tanpa tahu dari pohon mana kapas itu berasal. Dikehidupan yang Liera miliki, mungkin ini baru setengah jalan dirinya melangkah, atau mungkin belum ada.

Sebagai burung yang baru saja keluar dari sangkar, memang pada awalnya akan terasa sulit untuk melepas kehangatan dari dalam sangkar itu. Begitu juga dengan Liera yang harus melepas pelukan erat sang nenek yang selama ini menjaganya, melindunginya, mengajarkan betapa kejam dunia yang kelam ini. Membantai apa yang sudah seharusnya dibantai. Bahaya harus dimusnahkan. Mengutamakan kebenaran di atas segalanya. Itu yang selama ini Liera pelajari.

Liera tak tahu sekarang jam berapa. Akan tetapi terik matahari telah menyelinap masuk lewat jendela kaca besar yang masih tertutup korden di segala sisinya. Harum aroma wine mengudara, memaksa masuk ke indra penciuman Liera, membuatnya ingin mendatangi dari mana asal datangnya aroma itu. Lantas Liera melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar di mana dirinya tempati semalam.

Lantai dasar terlihat masih diterangi cahaya lampu. Bertambah semakin jelas di saat Liera telah memijakkan kaki di tangga terakhir. Nampaknya ada penghuni lain yang telah terjaga di kediaman Vyles ini. Untuk itu, Liera mencari tahu dengan langkah kaki yang kini tengah bergerak melambat.

Begitu sampai di sana, Liera terdiam ketika mendapati seseorang tengah duduk di kursi tak jauh dari dirinya berdiri bukanlah Niki. Ia yakin karena pribadi yang sedang menatap lekat dirinya adalah seorang wanita. Wanita berparas cantik dengan rambut rich browns tergerai sebatas bahu. Hanya dengan melihatnya saja Liera sudah yakin jika wanita ini vampir berdarah biru keturunan bangsawan Clan Demons. Tidak seperti dirinya yang memiliki aura pembeda dengan rambut cool beige brown yang dimilikinya.

"Hai Ev ..." tuturnya terhenti. "Maaf maksudku, Nona Juan," sambung Seanzaa—saudari Niki—yang tengah bersandar di meja bartender rumah ini. "Mau coba?" tawar Seanzaa sembari mengarahkan segelas wine di tangannya ke arah Liera.

"Maaf, kau?"

Seanzaa bangun dari posisi duduknya. Matanya menatap tepat ke manik indah yang Liera miliki. Dengan tiba-tiba, ia mendekat ke arah Liera. Liera pun tersentak ketika wanita itu mulai mengendus di area leher yang membuatnya langsung mundur dengan gerakan cepat. "Tidak salah, auramu memang tak dapat kurasakan," pungkas Seanzaa tersenyum begitu manis, seolah apa yang baru saja wanita itu lakukan bukanlah suatu hal yang besar.

Dari cara bicaranya, Liera dapat menebak jika wanita ini bukan orang luar. Pasti ada kaitannya dengan Niki.

"Jangan memandangku seperti itu. Minumlah, kujamin kau akan menyukainya," tukas Seanzaa dengan nada suara sedikit tertawa. Merasa Liera tak kunjung mengambil segelas wine di tangannya, ia pun mengerti dan kembali berujar, "Aku Seanzaa. Apakah Niki belum memberitahumu jika dia mempunyai noona secantik aku?"

"Bukan begitu, dia memang sudah memberitahuku kemarin, namun bukankah ini wajar? Sebelumnya kita bahkan belum pernah bertemu secara langsung," sanggah Liera dengan menerima segelas wine itu. Kerongkongannya terasa kering. Tak dapat dipungkiri, ia memang sudah merasakan dahaga sejak kemarin malam, maka tak ada alasan lagi untuk menolak minuman yang tampak nikmat.

Semalam memang Liera menghabiskan waktunya di kamar. Ia tak mungkin menjelajah tempat ini tanpa Niki didekatnya. Walau Niki sudah memberikan izin untuknya pergi kemanapun yang ia inginkan sebelum pemuda itu berpamitan sebab ada urusan lain yang harus ia tuntaskan dengan segera, tetapi tampaknya Liera memang belum terbiasa, terlebih ini merupakan kali pertama dirinya menginjakkan kaki di sini. Di kediaman sang mate.

Baru sekali teguk wine itu mengisi kerongkongannya. Liera tertegun. Kilatan di matanya menyala kemerahan. Rasa yang terdapat dalam wine itu sungguh luar biasa. Liera menjilat sisa wine yang terdapat disudut bibirnya kenikmatan. Seanzaa yang melihatnya lantas kembali terkekeh.

NadvládaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang