bagian 02

0 1 0
                                    

Many women have done good, but you surpass them all
proverbs 31:29

••••

Mahes tidak begitu ingat, kapan tepatnya Laras benar-benar membuatnya jatuh cinta. Karena tidak seperti orang-orang, hubungan ini dimulai dengan kecanggungan yang parah. Wanita itu terlalu dingin dan gengsi untuk Mahes yang berpikir pendek. Dulu Mahes pikir, mendekati Laras adalah hal yang sulit, karena berbeda universitas dan jarak rumah mereka yang lumayan jauh. Sesekali mereka bertemu tidak sengaja dijalan, saling bersitatap tanpa sepatah kata pun. Dan dialog yang mereka ucapkan hari itu adalah,

"Kamu yang di cafe waktu itu ya?"

"Oh, iya aku juga lihat kamu"

"Boleh gak kalau kita berteman?"

"Boleh"

Setelah interaksi singkat itu, mereka hampir tidak pernah bertemu lagi. Sebab tidak seperti Mahes yang tidak memiliki banyak kesibukan, Laras adalah wanita yang memiliki karir cemerlang.

Wanita itu adalah mahasiswi Ilmu Hukum di Universitas Indonesia. Dan salah satu anggota forum wanita yang setiap bulan nya membuat seminar di sekitar kawasan Jabodetabek. Dia juga termasuk jajaran pendiri rumah baca dan sekolah gratis, sekitar seminggu sekali, wanita itu akan mengunjungi anak-anak untuk bermain dan belajar bersama. Semua itu dijalani Laras dengan suka cita. Begitulah Laras, selain cantik dia juga berjiwa sosial yang tinggi.

Mudah untuk bisa jatuh cinta dengan Laras. Liat saja bagaimana caranya tertawa, atau caranya berbicara. Meskipun demikian, butuh waktu lama untuk mengikis kecanggungan itu dan menjalin hubungan seperti sekarang. Sebelum menjadikan Laras miliknya, Mahes berpikir seribu kali agar wanita itu tidak menyesal.

"Mahes, kamu nunggu lama ya?" Laras berlari kearahnya dengan tangan yang dipenuhi kantong plastik besar.

"Enggak sayang, aku juga baru sampai. Aku kira, aku yang dateng telat" jawab Mahes sambil memakaikan helm pada Laras.

"Dosen nya korupsi waktu, aku kesel banget" Laras berdecak, sedangkan Mahes hanya terkekeh melihatnya.

"Hari ini kita mau kemana tuan putri?"

"Mau kerumah baca yang di Juanda, sayang. Ini sekalian aku bawain mereka snack"

"Kamu kok gak bilang, tau gitu aku bawa mobil tadi biar kamu gak kepanasan"

"Gapapa sayang, pake motor juga ga kalah romantis. Kaya dilan dan milea gitu" sebuah pelukan dari Laras yang membuatnya merasa nyaman, ia melajukan motornya sambil menggenggam tangan yang melingkar diperutnya.

••••

Mereka akhirnya disini, disebuah rumah baca dekat dengan jembatan penyebrangan. Bau dari obat nyamuk bakar menguar hingga memenuhi indera penciuman, membuat mereka sempat menahan napas untuk beberapa saat.

Tempat ini biasa didatangi oleh anak-anak jalanan yang ingin bermain dan berteduh, mereka menyebutnya rumah, tempat dimana mereka pulang dan melepas lelah. Banyak juga anak-anak di daerah sekitar yang mampir hanya untuk membaca berbagai buku, dan yang masih menjadi favorit adalah buku kancil dan petani timun.

Maheswara || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang