S.Z | Stream

11 1 0
                                    

Gentala Lesmana, ayah dari Rose berdiri di dekat Shani sambil berfoto bersama wartawan untuk dimuat di depan media berita.

Tak berselang lama, Kinal pun hadir ke hadapan mereka. Melihat Gentala yang berada disamping Shani, membuatnya panik dan segera mencari jalan.

Gentala melihat Kinal yang berusaha mendekat, namun dia tetap tenang dan memberikan instruksi kepada mereka untuk memberikannya jalan. Saat Kinal berada di depannya, ia berkata, "Alangkah baiknya kita bahas di tempat lebih tertutup!" ujarnya.

*****

"Aku tahu, kalian mencari gadis ini kan!" ucap Gentala sambil memperlihatkan foto Amanda dari ponselnya.

Mereka yang disana terkejut melihat hal foto dari layar Gentala.

Zara yang duduk diujung ruangan, sedikit melihat lalu membuang pandangannya setelah melihat gambar tersebut. "Duh...," ucapnya ngilu.

Zara melihat keluar jendela ruangan Osis Lentera Bangsa untuk memastikan keadaan aman dan Rose tidak sedang mengikutinya. Saat ia kembali menengok, ia melihat Cindy sudah duduk dihadapannya. "Eh, kamu siapa?" tanyanya.

"Cindy!" balasnya. "Kayaknya kamu masih takut sama Rose ya?" Ia melihat raut Zara yang sedari tadi geraknya selalu melihat keluar jendela.

Zara mengangguk. "Rose udah jadiin gua kayak mainan bonekanya!" Kemudian ia menunjukkan beberapa luka lebam yang tertutupi bajunya, "Terima kasih udah akhiri ini semua. Gua gak tau bakal diapain lagi gua sama dia!"

Mereka semua tersenyum dan menenangkan Zara. Setelah itu, Jinan maju mendekat setelah matanya menyadari ada sebuah pistol di saku jas yang dikenakan oleh Zara, "Pistol beneran?" sambil menunjuknya.

Zara mengecek sakunya, ia kaget lalu mengeluarkan pistol tersebut dan melemparkannya ke lantai dengan wajah panik. "Rose berencana untuk mengendalikan agar menembak sang hakim di sidang tadi!" jelasnya.

"Tampaknya Rose tidak akan berhenti sampai lo mati dah!" ujar Jinan. Jinan menoleh kearah Kinal seperti meminta sesuatu.

****

"Libra, Libra. Kamu masih bersembunyi di tubuh anak itu ya?" ucap salah satu Naga yang memanfaatkan Amanda dan Libra untuk membuat persenjataan dengan memaksanya untuk menggunakan kekuatannya.

 Kamu masih bersembunyi di tubuh anak itu ya?" ucap salah satu Naga yang memanfaatkan Amanda dan Libra untuk membuat persenjataan dengan memaksanya untuk menggunakan kekuatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tara Basro as Ratih

Ia memastikan bahwa setiap kabel yang terpasang pada tubuh Amanda berfungsi dengan benar. Saat ini ia sedang memaksanya untuk membuat alat untuk membuat para Idol tidak dapat menggunakan kekuatan dari Schwartz mereka.

Amanda berbisik, "Lo kan bisa kabur, Libra. Kenapa masih bertahan disini!"

Libra, Schwartz miliknya berbicara dengannya, "Percayalah, mereka hanya menginginkan ku! Bila aku keluar, maka mereka akan membunuhmu. Dan bila mereka membunuhmu saat aku tertaut denganmu, aku juga akan mati!"

Setelah menggunakan kekuatan dari Amanda, kini Ratih, salah satu Naga telah mendapatkan zirah yang akan membantu melindungi tubuhnya. "Arachne, saatnya berburu Idol!" ucapnya.

 "Arachne, saatnya berburu Idol!" ucapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ratih in Arachne Armor

Setelah itu, Ratih melepaskan semua peralatan yang berada di tubuh Amanda. Ia mengangkatnya tinggi, lalu melemparnya keras ke lantai. "Kau tahu, aku selalu menginginkan kekuatan tersebut. Tetapi remaja tolol sepertimu yang memilikinya!" ucap Ratih.

Pada kondisi itu, Amanda tidak dapat melawan lagi. Proses ekstraksi energi itu telah cukup membuatnya tak memiliki tenaga, bahkan untuk berdiri.

"Ayo, lawan!" ucap Ratih. Dengan telapak kakinya, ia mendorong tubuh Amanda hingga terseret di atas lantai.

Amanda, dengan tenaga yang tersisa mencoba mengangkat badannya. Namun tiba-tiba, sebuah jaring lengket ditembakkan ke kedua tangannya. "Tidak," lirihnya.

Dengan kemampuannya, Ratih menembakan jaring sebanyak mungkin kepadanya hingga hampir seluruh tubuhnya tertutupi jaring. Ia masih dapat melihat sedikit wajahnya walau seluruh tubuhnya sudah terjebak di jaring yang merekat di lantai. Ratih kemudian mematikan baju zirahnya dan hanya mengenakan sarung tangannya saja. "Kamu, Amanda. Udah lama gua gak ngerasain asyiknya ngeliat kalian seperti ini!" ucapnya.

Amanda hendak mendorong jaring tersebut, namun Ratih menembakan lebih banyak jaring hingga membuatnya terasa sangat berat.

"Untung saja Hellhound tidak ada disini. Jika iya, saat kau kalah, sudah pasti ia akan mengambil darahmu untuk kekuatannya!" ucapnya. Ratih lalu berdiri di depan wajahnya dan mulai membungkusnya seperti laba-laba yang hendak menyimpan mangsanya. Setelah itu, ia meletakkan kembali ia pada mesin yang memaksanya untuk menggunakan kekuatannya.

"Aku teringat Ayana, Idol sebelum kamu! Hellhound berhasil mengalahkannya. Ia mengambil seluruh darahnya saat berhasil menusuknya, lalu menggantinya dengan sebuah zat lain kedalam pembuluh darahnya yang membuatnya seperti patung, tepat saat ia berhasil dikalahkan olehnya."

"Sekarang, kau Shani! Aku ingin melihat Hellhound menghabisimu!"

*****

HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang