02

8 0 0
                                    

Semoga kalian suka sama cerita ini, aamiin.
Maaf kalo saya ngga konsisten buat ngebentuk cerita ini :)

Buat kalian yang belum follow akun saya silahkan di follow dulu+Instagram saya juga yaa biar dapet notifikasi dari saya disana.

Ig: mimiccyyy_

Jangan lupa tap-tap bintang nya+komennya ya sayang-sayangkuhhh. Pastikan ambil posisi ternyaman buat baca cerita aku, biar badan kalian ngga pegel-pegel.

HAPPY READING KLEAN

**

10 tahun kemudian.
Jakarta, pukul 06.00 pagi.

Zine menatap dirinya di cermin tengah sibuk memandangi dasinya yang masih terselempang di lehernya. Anak berusia 17 tahun ini belum tau cara memasang dasi? Heran bukan?

"BUNDA!! INI GIMANA MASANG DASINYA!!"

Mirla pun langsung masuk ke kamar Zine dengan membawa senampan makanan untuk Zine.

"Kamu itu sudah SMA kelas 11 masa iya belum bisa masang sendiri, Zine?"

"Ya maaf bunda."

"Awas, jangan nangis kalo di ejek sama anak-anak di SMA baru kamu."

"Bunda ih!!"

Mirla hanya terkekeh.

"Bercanda sayang. Sudah, ini sarapan, abis itu berangkat bareng ayah."

"Iya bund."

Zine lalu turun kebawah setelah sarapan paginya, piring kotor nya sengaja dia letak di dalam kamar nya, biarkan para maid mengurus pekerjaan nya masing-masing termasuk mengambil piring bekas sarapannya tadi.

Albert bridge menunggu anak nya di tempat parkir. Ayahnya adalah seorang CEO di perusahaan besar yang ada di Indonesia. Albert juga mengelola bisnis di negaranya sendiri(Belanda) dan berkembang pesat di dunia. Banyak yang berkerja sama dengan Albert karena kejeniusan nya dan juga keramahannya.

Zine sudah siap menghampiri ayahnya. Anak perempuan nya yang memiliki rambut pirang kulitnya yang putih pucat, matanya yang biru menambah cirikhas nya sebagai anak keturunan Belanda, karena ayahnya memang dari Belanda. Jadi, Dellazine adalah anak campuran Indonesia-Belanda alias Blasteran.

"Maaf ayah, nunggu lama."

"Ngga papa sayang. Ayo masuk, udah jam setengah tujuh."

"Iya ayah."

Akhirnya Zine pun masuk kedalam mobil ayah nya. Ayahnya lalu mengantarkan anak nya kesekolah barunya. Ya, hari ini Zine pindah sekolah karena pekerjaan ayah nya yang harus pindah ke jakarta, lagipula Zine selalu mengeluh untuk pergi menyusul Awan di jakarta.

"Zine ngga papa pindah ke sekolah Zine yang baru?"

"Ngga papa ayah. Lagipula ini demi pekerjaan ayah kan, kasihan kan jika ayah harus bolak-balik jogja-jakarta? Buang-buang duit. Jadi, lebih baik pindah aja ayah."

"Terimakasih sayang."

"Lagi pula ya ayah, aku juga ingin sekali bertemu dengan Awan, aku sangat merindukan nya."

"Kamu masih suka sama dia?"

"Suka? Ngga tau ayah."

"Loh?"

"Aku cuma berharap Awan nepatin janji nya, tapi apa?"

"Oh, jadi kamu mau nyusulin awan?"

"Iya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awan Untuk ZineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang