***
Hatiku mendadak berat, seolah-olah ada beban yang menghimpitnya. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Mungkin ini bukan waktunya," pikirku.
Aku melangkah pelan menuju motorku, mencoba mengalihkan pikiran. Tapi bayangan Kathrin yang memeluk siswa itu terus terbayang. "Dia udah punya pacar?" tanyaku dalam hati.
"Ayo Git, jangan nyerah" kataku pada diri sendiri sambil mulai mengendarai motorku. "Mungkin besok bakal ada kesempatan." Aku memacu motorku keluar dari parkiran, berharap esok akan membawa cerita yang berbeda.
Tiba di rumah, aku memarkir motorku dan berjalan masuk ke dalam. Keadaan rumah sore ini begitu sepi. Mamahku mungkin sedang berolahraga di taman komplek, adikku mungkin sedang ada kerja kelompok, kakakku mungkin sedang main bersama teman-temannya, dan ayahku belum pulang bekerja. Aku menuju kamar, melemparkan tas ke atas tempat tidur, lalu duduk di kursi dekat jendela.
Menatap keluar jendela, aku merenung. "Gimana ya caranya supaya gua bisa dekat dengan Kathrin?" Pertanyaan itu terus berulang di kepalaku. Aku tahu harus berbuat sesuatu, tapi apa?
Keesokan harinya...
"Pak, please kasih saya masuk pak. Saya kan cuma telat 10 menit," kataku memohon kepada Pak Satpam sekolah untuk dibukakan pintu gerbang.
"Sorry ye, gabisa. Cuma 10 menit juga itungannya udah telat. Udah kamu tunggu disini sampe jam pelajaran selanjutnya dimulai."
Aku menghela napas panjang. Di hari ketiga masuk sekolah, akhirnya aku telat juga. Mungkin karena semalaman aku mencari hal-hal tentang Kathrina yang membuat aku tidur jam 3 pagi. Dengan berat hati, aku melangkah ke sisi gerbang, mencari tempat duduk untuk menunggu jam pelajaran berikutnya dimulai.
Aku memikirkan rencana hari ini. Rasa cemas dan sedikit malu terus menghantuiku. "Kenapa sih gua harus telat hari ini?" tanyaku dalam hati. Aku menatap ke arah kelas-kelas yang terlihat ramai dari luar, berusaha menenangkan diri.
"Hei, lu telat juga, ya?" suara seorang siswa mengejutkanku. Aku menoleh dan melihat seseorang dengan rambut agak pirang berdiri di depanku.
"Iya, nih. lu juga?" jawabku sambil tersenyum kecut.
Dia mengangguk. "Perjalanan ke sekolah hari ini macet banget. Nama gua Chika, lu?"
"Nama gua Gita," jawabku.
Setelah itu aku pun mengobrol banyak dengan Chika. Chika ternyata seangkatan denganku tapi dia berada di kelas yang sama seperti Kathrina. Saking asiknya kami berbicara, tanpa sadar bel pertanda ganti pelajaran pun berbunyi.
"Eh, udah ganti jam pelajaran nih. Gua masuk kelas dulu ya," kataku.
"sama gua juga mau masuk kelas nih. Dah Git," balas Chika.
"Dah Chik."
Aku pun masuk ke kelas untuk memulai pelajaran di jam berikutnya. Selama pelajaran berlangsung, pikiranku masih melayang-layang memikirkan cara mendekati Kathrin. Sesekali, aku melirik ke arah jendela, berharap menemukan inspirasi.
Guru yang akan mengajar pada jam pelajaran hari ini ternyata tidak dapat hadir karena sedang sakit, sehingga kelas ku pun hanya diberi tugas untuk dikerjakan.
"Lu telat, Git? Duh sakit bego, Del," ucap Lulu setelah kepalanya dijitak Adel.
"Ya pertanyaan lu kaga jelas. Udah tau dia baru masuk, pake segala ditanya," jawab Adel sambil menggelengkan kepalanya.
"Begadang gua semalem, jadi bangunnya kesiangan dah," jawabku.
Oniel mengerutkan dahi, "Emang ngapain lu begadang, Git? Perasaan kita belom dapet tugas dari kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Hour
FanficIni cerita pertama saya, fanfiction yaa!!! Gita adalah gadis yang ingin kehidupan disekolahnya aman dan tentram, tapi tanpa sadar dia sendiri yang akan membuat kehidupan disekolahnya itu menjadi rumit. WARN!! GXG AREA☠️