"Bagaimana?"
"Yang mulia pangeran baik-baik saja. Hanya...."
"Ada apa? Cepat katakan!"
Ia berlutut dan menjawab "Maafkan kelancangan hamba. Apa.. apa.. yang mulia pernah berhubungan dengan laki-laki?" Tanya nya dengan tubuh bergetar ketakutan.
Paham apa yang di katakan oleh seseorang dihadapannya, pangeran yang mendengar pertanyaan itu pun terdiam tanpa ada niat untuk menjawabnya.
"Jadi?"
Masih dengan posisi berlutut, ia kembali bersuara "Mohon ampun yang mulia, saat ini pangeran tengah Mengandung"
Pangeran terkejut kala mendengar diagnosa tabib di depannya tersebut.
"Luke" panggil pangeran kepada asisten nya yang sejak tadi berdiri di samping.
"Ya, yang mulia" jawab luke.
"Tutup mulut dia dan jangan sampai informasi ini bocor kepada siapapun, kalau perlu lakukan yang biasa kau lakukan. Keluarlah, tinggalkan aku sendiri"
"Baik. Hamba Pamit undur diri" setelah memberi penghormatan luke dan sang tabib yang memeriksa pangeran pun keluar dari ruangan itu.
"Arghhhhhhh sialan.. apa aku gugurkan saja? Tapi, Anak ini tidak salah apapun. Bagaimana ini? Kehidupan di istana tak seindah yang orang lain kira. Apa aku harus menyerah atas tahta dan memilih membesarkannya? Lalu.. semua usaha dan kerja keras yang telah aku lakukan selama ini akan berakhir sia sia kah? Hah...... aku akan memikirkan hal ini selama beberapa hari kedepan" ia menggumam kan banyak pertanyaan dengan sesekali mengelus perutnya yang masih rata itu
Beberapa hari setelahnya, keputusan nya telah bulat dan ia lebih memilih turun dari tahta nya dan mengasingkan diri tanpa seorang pun yang tau selain Raja dan Luke, asistennya.
Luke, teman asisten dan juga pengawalnya itu dengan setia mengikuti kemana pun ia pergi.
Sekarang pangeran yang dulunya gagah dan tegas itu, mulai memperlihatkan aura ke ibuan nya, mungkin karena faktor kehamilan.
Pangeran yang dulu memakai baju saja harus di bantu oleh para dayang nya, setelah beberapa bulan keluar dari istana dengan bekal pengalaman selama di medan perang ia menjalani kehidupan sederhana di pinggir hutan sebuah desa di ujung ibukota.
Perutnya sedikit menonjol dengan usia kandungan yang mulai memasuki bulan ke-5. Mungkin karena tinggi badannya sehingga perut menonjol itu tidak terlalu terlihat.
Luke masih dengan setia membantunya mulai dari membawakan makanan dari desa terdekat, mengambil kayu bakar dan memberitahukan nya informasi apa saja yang terjadi di istana.
Luke juga sudah tau semua yang terjadi. Tapi ia menyuruhnya untuk tetap tutup mulut.
Tanpa pangeran ketahui, Banyak orang yang mengincar nyawa nya, untung saja luke selalu ada di samping nya sehingga ia membunuh semua assassin yang datang.
Keputusan pangeran untuk menyerah dari tahta dan mengasingkan diri itu adalah keputusan yang benar. Karena jika saja ia masih berada di istana, entah sudah berapa banyak racun yang ia minum dari orang-orang yang menentang nya.
"Luke.. informasi apa yang kamu dapatkan kali ini?"
"Yang mu-"
"Sudah ku bilang berapa kali, jika di sini panggil saja aku Smith "
"Ah.. baiklah, Smith. Seperti biasa setelah hari pengumuman turunnya anda dari tahta, tuan duke selalu datang ke istana anda dan meminta untuk bertemu dengan anda. Lalu kemarin tuan duke mulai bertekad untuk menemui anda bahkan sampai mendatangi yang mulia raja untuk menanyakan keberadaan anda. Lalu pangeran ke-2 saat ini telah resmi menjadi pangeran Mahkota yang baru dengan dukungan sang ratu" luke menjelaskan secara garis besar apa yang terjadi.