Dohee menatap Sunjae tajam, dia harus merelakan tidur nyenyaknya untuk menyediakan obat-obatan malam itu juga. Dohee berasal dari keluarga tabib cukup ternama dulunya sebelum peperangan merenggut seluruh anggota keluarga yang dia miliki dan diasingkan di desa ini bersama orang-orang selamat lainnya, beruntunglah kelompok kerajaan itu karena Dohee mau membantu mereka.Gadis cantik itu masih memberengut, namun bukan hanya karena waktu tidurnya yang harus ia relakan, Dohee menatap Sunjae tidak percaya karena mendapati wajah lain yang terlihat sangat mirip dengan teman sejak kecilnya itu.
"Dia harus mendapatkan perawatan lebih baik. Aku hanya mampu menahan penyebaran racun yang ada di tubuhnya agar tidak menyebar semakin cepat. Alat-alat yang aku punya tidak cukup untuk melakukan lebih dari ini."
Sunjae menghembuskan nafas lelah, sebenarnya banyak hal yang ia pikirkan selain keselamatan orang di depannya ini. Dan sekarang dia mengetahui kalau busur itu beracun, menambah deretan pikiran penuh kegusaran di dalam otaknya.
"Kami mohon lakukan yang terbaik sebelum bantuan dari kerajaan datang secepatnya."
Hyejun, prajurit yang sejak tadi terlihat paling khawatir akhirnya angkat bicara. Lelaki itu menatap Sunjae. "Apakah aku bisa bicara denganmu, Ryu Sunjae-ssi?"
Sunjae mengalihkan pandangannya dari tubuh yang terbaring di kasur itu dan menatap Hyejun dengan sebelah alisnya yang terangkat. Banyak hal yang berkeliaran di benaknya, membuat logika-logika baru yang mungkin saja dapat membuat kejadian yang baru saja terjadi tampak lebih realistis dari yang ia bayangkan. Sunjae yakin Hyejun mampu menjelaskannya lebih baik dari pada spekulasi-spekulasi yang ada di otaknya itu.
"Jika kau ingin menjelaskan ini semua, aku cukup punya waktu untuk mendengarkannya secara detail."
Hyejun hanya mengangguk menjawab ucapan Sunjae. "Ikuti aku."
***
Sunjae membawa Hyejun ke depan rumah Dohee, mendudukkan diri di sebuah meja kecil tempat biasa Dohee menghabiskan waktunya untuk bersantai sembari mengamati pengunjung yang datang ke tokonya.
"Beliau adalah Putra Mahkota Shio."
Sunjae mengangguk, karena dari awal dia sudah menerka hal tersebut. Tidak mungkin ada yang tidak tau jenis pakaian yang dipakai pemuda dengan wajah yang menyerupai dirinya itu, mudah saja menerka jabatannya dalam kerajaan.
"Saudara tirimu."
Sunjae menoleh kaget, menatap wajah Hyejun yang sama sekali tidak terlihat bergurau. Dari banyak hal yang ia bayangkan, 'saudara tiri' tidak termasuk salah satunya.
"Aku bahkan tidak punya ibu," giginya menggertak, menolak bahwa apa yang dikatakan Hyejun mungkin saja benar.
"Ratu Shin, istri pertama raja Jungjong, ibu kandungmu."
Sunjae berdiri, merasa muak mendengarkan omong kosong yang dilontarkan Hyejun. "Kau sepertinya berbakat menulis novel, tapi aku tidak pernah tertarik dengan kebohongan ini."
Sunjae benci kata 'ibu'. Perasaan itu telah tertanam di dalam dirinya lebih pekat dari apapun. Dia bukannya tidak tau kalau selama ini telah dibuang, mulut-mulut orang desa bukannya tidak ada yang suci, hanya saja gosip seperti itu sudah biasa didengar.
"Apakah fakta yang telah kau lihat tidak cukup untuk memberimu bukti yang kuat? Wajah kalian bahkan sangat serupa," Hyejun tidak goyah, dia tetap mengatakan semuanya dengan tenang. Prajurit yang terlatih sejak lahir, mengabdi pada kerajaan.
"Kau bilang dia hanya saudara tiriku, dia bahkan bukan kembaranku. Jangan mengada-ngada."
"Aku bisa memperlihatkan kepadamu betapa serupanya kau dengan raja di masa mudanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Prince [Lovely Runner]
FanfictionRyu Sunjae tumbuh menjadi pemuda tampan berumur 20 tahun jauh dari Hanyang, tanpa pernah merasakan sosok seorang ayah, juga lupa bagaimana hangatnya pelukan ibu kandungnya sendiri. Namun, karena sebuah kecelakaan, akhirnya pemuda itu mengetahui bah...