01.

18 3 0
                                    

Angin berhembus dengan sangat kencang di sore hari ini, membuat Lucia yang bersantai di atas kasurnya harus mengeratkan selimut ditubuh, dan sebuah novel bersampul biru cantik di samping tubuhnya yang sudah dia baca sampai selesai.

Tidak tau harus berekspresi seperti apa setelah menyelesaikan novel bersampul biru itu, semua tokoh didalamnya, kisah mereka, nama mereka, dan alur yang tertulis disana ada cerita keluarga Lucia.

Tidak mengerti kenapa nama keluarganya ada di dalam novel tersebut Lucia sama sekali tidak mengerti terlebih semua yang diceritakan disana sama persis seperti apa yang terjadi di kehidupannya.

Seusai membaca novel itu Lucia menjadi teringat dengan ibunya, setelah masalah beberapa tahun lalu Lucia harus berpisah dengan sang ibu yang depresi berat yang mengharuskan wanita itu memasuki rumah sakit jiwa. Dulu Lucia yang tidak mengerti apa-apa harus terjebak dirumah besar bersama sang ayah dan kedua anak haramnya.

Ibunya sakit, dan semuanya disebabkan oleh sang ayah, dan Lucia yang baru mengetahui itu setelah sang ibu yang begitu dia sayangi harus dirawat dan berpisah dengan dirinya.

"Seharusnya, mama tidak menikah dengan papa." Gumam gadis itu.

Beranjak dari tempat tidurnya Lucia berjalan keluar dari kamarnya menuruni tangga untuk sampai di lantai dasar, di depan sana Lucia dapat melihat orang yang sudah menghancurkan kehidupan miliknya beserta ibunya, tengah asik mengobrol terlihat seperti keluarga yang bahagia di atas penderitaan yang menimpa sang ibu.

"Lihat, iblis itu tengah asik dengan kedua anaknya."berucap dengan lirih, tanpa memperdulikan ketiga orang itu Lucia berjalan dengan cepat keluar dari rumah dia akan menjenguk ibunya.

"Lucia, kamu mau kemana."tanya pria paruh baya yang terlihat masih tampan itu.

" mau melihat mama." Ketus Lucia menjawab.

" dengan cuaca yang sedang buruk ini?" Tanya pria itu melihat ke sang anak.

Membalikkan tubuhnya menghadap ketiga orang itu Lucia tersenyum sinis melihat kekhawatiran yang terpancar di mata pria itu.

" dibandingkan dengan cuaca, papa lebih buruk." Setelah mengucapkan kata itu Lucia segera keluar dari rumah dan menaiki motornya, dia sangat merindukan ibunya.

Mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata-rata di jalanan yang sepi ini bisa membuat suasana hati Lucia sedikit membaik. Saat akan berbelok ke kanan didepannya terlihat sebuah mobil truk yang juga sedang melaju kencang, tidak sempat untuk mengerem motor nya Lucia sudah terpental sangat jauh sedangkan mobil truk itu menabrak pembatas jalan.

Lucia yang terkapar di dinginnya aspal itu, tidak dapat menggerakkan tubuhnya, genangan darah yang semakin banyak membuat Lucia tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

"Mama, maaf Lucia ninggalin mama sendirian." Saat akan menutup mata Lucia bisa melihat ketiga orang yang sangat dia benci berada di dekatnya saat ini yang sama sekali tidak dia harapkan untuk dia lihat terakhir kali.

"Tidak Lucia jangan tutup mata mu." Tangis pria paruh baya itu pecah melihat anaknya bersimbah darah.

" LUCIA, LUCIA JANGAN TINGGALKAN PAPA NAK." teriak pria itu histeris memeluk tubuh Lucia yang sudah mendingin.

Mengangkat tubuh dingin putrinya dravin segera meninggalkan tempat itu dan membawa Lucia untuk segera di makam kan.





Return Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang