Ch 5. Hold Me Tight

92 17 0
                                    

Becky sedang sibuk memilih pakaian di kamarnya, berulang kali melihat dirinya di depan kaca seukuran dua meter yang berdiri tegak di ujung ruangan, beberapa potong pakaian terbaring berantakan di kasurnya.

“Ini bukan kencan kan? Apa aku harus berdandan cantik?”, ucap Becky pada dirinya sendiri. “Arggghh aku bingung.”

Beam, sepupu Becky masuk kamar dengan santainya dan duduk di sofa melihat Becky sembari memakan cookie yang ia bawa setoples.

“Mau kemana?”

“Pameran seni bersama Freen. Kalau begini bagus tidak?”, ujar Becky menunjukan pakaian dress merah selututnya.

“Cantik kok.”, jawab Beam.

“Bentar aku merasa aneh.”, Becky kembali mencari pakaian yang ia rasa cocok, akhirnya ia memilih Kemeja oversize dengan camisole hitam dan denim short pants. “Bagaimana?”

Beam menunjukkan jempolnya, “Bagus.”

“Aku tidak menyangka kamu bisa pacaran dengan President SC.”

Beam lebih tua dari Becky dan berkuliah di Chulalongkorn tapi dia mengenali Freen karena ada beberapa temannya yang alumni Shrewsbury Bangkok dan sering berkomunikasi dengan Freen sebagai Student council president.

“Aku juga tidak percaya.”, goda Becky, membuat bantal sofa melayang ke kepalanya.

“Aku serius tau.”

Suara ponsel Becky berdenting, senyum cerah menghiasi wajah Becky.

“Freen sudah sampai. Bilang pada bibi aku akan pulang malam. Dadaaaahh sepupuku yang jombloo!”

“Aishhh Becky!!”

-

-

-

Freen memarkirkan mobilnya di gedung Bangkok Art and Culture Center. Becky tersenyum melihat Freen yang memakai Dress selutut bewarna putih dengan rambut yang di ikat setengah, dia terlihat sangat anggun dan cantik. Belum lagi ditambah dengan buket bunga yang Freen beli untuk temannya.

“Temanku mengadakan pameran selama 2 hari disini. Dia berkuliah tahun terakhir di Chulalongkorn. Ayo Bec.”, Ujar Freen mengulurkan tangannya untuk di genggam Becky.

“Kenal dari mana?”, tanya Becky ingin tahu lebih jauh dengan sirkel pertemanan Freen.

“Setiap tahun pasti ada saja acara amal di rumah sakit, aku sering ikut untuk menemani ibu. Aku bertemu P’Faye disana, ayahnya salah satu yang sering menyumbang.”
Becky mengangguk, teman Freen ini sangat baik kalau begitu.

Kami memasuki ruang seni dan tempat ini sudah ramai. Sepertinya akan ada sesi tanya jawab juga.

“Freen!”, teriak seorang perempuan yang tinggi kemungkinan 180 menggunakan kemeja hitam yang kancingnya dibuka 3 yang dimasukkan kedalam celana Loose jeans, kaca mata diatas kepalanya dengan rambut tergerai begitu saja.

“Phi! Selamat ya untuk pameran seni nya. Tempatnya sangat ramai.”, Freen memberikan buket bunga kepada Faye dan dihadiahkan kecupan dipipi nya.

“Makasih ya, aku sudah cari kamu dari tadi. Aku pikir kamu akan datang setelah acara galang dana di mulai.”, cubit Faye gemas ke pipi Freen.

Becky pun pura-pura berdeham karena ingin di perhatikan juga.

“Ah Phi ini Becky.”, Becky cuma melihat Freen, cuma Becky aja nih tidak ada embel-embel lain?

“Halo aku Faye teman Freen. Kamu yang katanya pacar Freen yang tidak bisa bahasa Thailand itu ya.”, goda Faye.

“Sudah bisa sedikit kok sekarang.”, ujar Freen membela pacar pura-pura nya itu.

Heartbeat - FreenBeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang