□ prolog □

124 12 2
                                    

Udara di malam hari cukup dingin, membuat siapa saja enggan keluar dari rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara di malam hari cukup dingin, membuat siapa saja enggan keluar dari rumah. Namun, berbanding terbalik dengan seorang pemuda tampan dengan kondisi jauh dari kata baik. Rambut kusut, pakaian berantakan, luka lebam di wajahnya, sudut bibirnya yang berdarah. Pemuda itu menghentikan langkah kakinya di tepi jembatan.

"Argh!" teriak Javriel, nama pemuda itu.

Javriel meremas rambutnya kasar. Javriel muak menjalani hidupnya sekarang. Javriel masih ingat perlakuan sang ayah beberapa menit yang lalu, ketika Javier pulang dari tempat kerjanya. Javriel membenci sang ayah dan tidak akan pernah memaafkannya.

"Gue benci hidup ini!"

"Javriel," panggil seseorang dengan suara rendahnya.

Javriel menoleh ke belakang, terlihat seorang perempuan cantik dengan pipi chubby, rambut digerai panjang, dan mengenakan dress berwarna merah. Dia adalah Aca-sahabatnya kecil Javier-orang yang selalu ada untuknya.

"Ca, lo ngapain di sini? Di luar, udaranya dingin," ucap Javriel berusaha terlihat baik-baik saja, tapi Aca tahu jika sahabatnya itu tidak baik-baik saja.

"Maaf, Jav. Gue tadi mau ngembaliin charger lo yang ketinggalan di rumah gue dan gue denger kalau lo ribut sama bokap."

Javriel menghela napasnya. "Gue nggak papa, Ca. Gue ketahuan kerja dan nggak fokus buat kuliah, IPK gue turun drastis."

Aca menggelengkan kepalanya. Aca tahu Javriel berusaha menutupi lukanya. Dada perempuan itu ikut sesak dengan apa yang dialami sahabatnya itu.

"Jangan pendem penderitaan lo sendiri. Gue bakal selalu ada buat lo. Kita udah janji buat sama-sama terus. Gue-"

Grep!

Javriel memeluk Aca erat dan perempuan itu tidak keberatan. Saat ini, Javriel butuh pelukan dari orang yang ia sayangi, dan itu Aca.

"Apa gue nyusul bunda aja, ya? Gue capek."

Aca mengelus punggung Javriel. "Lo nggak boleh ngomong gitu. Kalau lo kayak gini, bunda lo bakal sedih. Lo nggak sendiri, lo masih punya gue, mama, papa, dan kakak gue. Lo-"

Bruk!

Javriel tidak sadar di pelukan Aca dan untungnya perempuan itu bisa mengimbangi tubuhnya. Aca duduk di trotoar sembari menopang tubuh Javriel. Aca mengambil ponselnya dari saku bajunya untuk menghubungi seseorang.

"Pa, bisa minta tolong jemput Aca di jembatan Pelangi? Pakai mobil aja."

"Iya, Nak. Tunggu bentar, ya."

"Iya, Pa."

Pip!

Sambungan telepon terputus. Aca menatap wajah damai sahabatnya. Ia sedih melihat Javriel mengalami hal buruk di rumahnya.

"Lo harus bahagia, Jav," gumam Aca.

"Lo harus bahagia, Jav," gumam Aca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Jeonghyeon - Javriel Altezza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Jeonghyeon - Javriel Altezza

Lee Jeonghyeon - Javriel Altezza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Chaehyun - Aca Auralina

Jav & Aca || Jeonghyeon - ChaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang