Cinta tak biasa

64.8K 165 4
                                    

Aku Bagaskoro dan istriku sudah menikah selama lima tahun dan pernikahan kami bahagia walaupun sampai setelah lima tahun kami belum juga punya anak.

Kami berdua sama-sama bekerja jadi punya penghasilan yang cukup dan saat ini kami sudah berhasil punya rumah sendiri dan mobil,dari segi keuangan semuanya terasa cukup buat kami.

Umurku 31 saat ini dan setelah semuanya terasa terpenuhi kami ingin punya anak.

Istriku,Maria sampai saat ini belum juga hamil dan saat kami memeriksa kesuburan istrikulah yang bermasalah rahimnya hingga samapai saat ini belum juga bisa hamil.

Akhirnya kami sepakat mengadopsi anak yang kata orang bisa sebagai "pancingan" untuk mendapatkan anak, dan akhirnya kami mengadopsi Airin lestari, anak berumur 13 tahun.

Karena Maria tetap ingin bekerja dan tidak ingin terlalu terkekang dalam menjaga anak, Maria ataua aku memanggilnya ria meminta anak perempuan yang sudah besar sehingga tidak perlu repot untuk mengurusnya.

Airin anak yang cantik,berambut agak kecoklatan dan mata yang hampir sewarna dengan rambutnya,saat kami adopsi,anak itu terlihat sangat bahagia.

Sifatnya yang ceria dan sopan membuat aku dan Maria merasakan kecocokan diantara kami dan mudah akrab dengannya.
Setelah dua tahun bersama Airin, akhirnya Maria hamil dan lahirlah anak kedua kami Sisil.

Airin menerima dengan baik kelahiran adiknya dan ria juga terlihat bahagia.
Aku membesarkan mereka berdua tanpa pilih kasih dan rumah tanggaku dan maria menjadi lengkap.

Waktu terus berjalan..saat Airin  kelas dua sekolah menengah atas,ibuku meninggal dan membuat Airin terpukul karena dia sangat dekat dengan neneknya yang berimbas kepada nilai sekolah Airin saat itu. Ria yang sangat ingin anaknya "sempurna" ,sikapnya mulai berubah kepada Airin,selalu marah apapun yang dilakukan Airin apalagi kalau airin  mendapatkan nilai dibawah yang dia inginkan.

Rumah tangga ini menjadi tidak tenang dengan aku yang selalu membela Airin dan ria yang selalu menyalahkan Airin,setiap hari tidak pernah ketinggal omelan keluar dari mulut istriku mengeluh bagaimana Airin yang tidak bisa diharapkan.

Sampai Airin kelas tiga, Maria masih belum berubah,selalu marah-marah pada airin,sikapnya berubah seakan airin bukanlah anak kami lagi,dengan alasan nilai sekolah airin padahal Airin  bukan anak yang bodoh,hal itu membuat aku muak akhirnya bersikap tidak peduli pada keluhan Maria.

Istriku pun lebih sekarang ini lebih memilih sering pulang ke kampungnya mengunjungi ibu mertuaku yang tinggal hanya 2 jam dari rumah kami,hampir setiap bulan dia pergi kesana diwaktu weekend.

Diakhir semester Maria ingin pulang kekampung namun aku dengan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan akhirnya tetap dirumah begitupun Airin yang tidak bisa ikut karena harus les menghadapi ujian masuk universitas.

Akhirnya istriku pulang kampung liburan berdua dengan sisil bayi kami,dan aku berdua dengan Airin dirumah.

Malam itu aku tidak bisa tidur mengingat Maria belum memberi kabar sampai hampir lewat tengah malam maria menelpon kalau mereka sudah sampai.

Lega setelah mendapatkan kabar akhirnya aku tertidur dan bangun seperti biasa di jam enam pagi.

Setelah mandi aku keluar kamar menuju dapur dan melihat Airin  memasak dengan pakaian lengkap karena dia hari ini ada jadwal les,Airin memang sudah terbiasa memasak dirumah karena istriku terlalu sibuk bekerja sedangkan dirumah ini tidak ada pembantu jadi airin selalu siap membantu pekerjaan istriku dirumah.

Sambil sarapan kami berbagi cerita dan jadwal apa saja yang akan dilakukan hari ini  sebelum sama sama berangkat karena aku akan mengantarkan Airin ketempat lesnya.

Cinta Putri AngkatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang