04. Maju Selangkah.
Rajendra melangkah masuk ke dalam kelas lalu berjalan menuju Sadam yang tengah fokus membaca, menaruh tasnya dan mendaratkan bokongnya ke bangku sebelah Sadam.
Menoleh lalu membaca sekilas isi buku Sadam, tangannya bergerak untuk menutup buku dan melihat judul bukunya kemudian membukanya lagi. "Gua udah baca yang ini," kata Jendra.
Sadam menatap tajam Rajendra yang ingin membuka mulutnya lagi, "gua gak mau tau, dan gua bisa cari tau sendiri," tekan Sadam karena ia tahu Rajendra akan menceritakan isi buku yang tengah ia baca.
Mendengar itu Rajendra memutuskan untuk menenggelamkan wajahnya di meja dengan kedua tangan menahan kepalanya menoleh ke Sadam dan menatapnya.
Tak lama kemudian Katsuo datang menaruh tasnya lalu mendekati Rajendra dan Sadam. "Kantin gak?" tanya Katsuo.
Rajendra mendongakkan kepalanya menatap Katsuo, "Gua bosen, ayok dah," balasnya.
"Lo gak ikut Dam?" tanya Katsuo.
"Ada tsunami juga dia gak bakal gerak," kata Rajendra lalu merangkul Katsuo dan berjalan ke kantin dengan langkah yang sama.
Sesampainya di kantin, keduanya melihat Jordan dan Elang tengah asik makan, "Gua gak diajak nih," kata Rajendra yang duduk di tengah tengah keduanya.
"Ih tai, di sono kosong!" ujar Jordan yang menggeser bokongnya agar Rajendra bisa duduk di tengah tengah. Sedangkan Katsuo langsung memesan makananya, dan duduk di depan mereka.
"Buset dah, demen amat lo mepet mepet sama gua Jen," lanjut Jordan.
"Hati hati Dan," kata Elang tiba tiba.
Rajendra mengambil alih sendok yang sedang dipegang Jordan, menyendok lalu memakannya. "Makanan gua asu, beli sono!"
Setelah menyendok milik Jordan, Rajendra beralih ke makanan milik Elang, "Gua coba dulu, takut ada racun," kata Rajendra.
Elang memberikan sendoknya, membiarkan Rajendra mencicipi makananya, "nah masih hidup, berarti gak ada racun," ujar Elang mengambil kembali sendoknya.
Rajendra beranjak dari duduknya, "karena gak ada racun, gua pergi dulu," kata Rajendra.
"Lo gak makan Jen?" tanya Katsuo sebelum Rajendra melangkah.
"Gua udah sarapan." Rajendra melangkah berjalan menjauhi mereka.
"Bangsat, Jendra bangsat!" pekik Jordan.
15 menit lagi bel masuk berbunyi Rajendra memutuskan untuk sebentar, ia berjalan menuju lapangan basket, dan menemukan seorang gadis sedang main sendirian. Rajendra menghampirinya menangkap bola yang gadis itu shooting.
"Yo! mau satu lawan satu?" tanya Rajendra mendekatinya.
Gadis itu menatap Rajendra, "lo yang kemarin nyariin gua kan," katanya yang masih menatap.
Rajendra mendribble bola basketnya sembari memfokuskan tempat berdirinya dan tempat ring basket, setelah jaraknya merasa pas Rajendra melakukan shooting lalu berbalik badan dan menatap kembali gadis di hadapannya.
"Masih inget ternyata, Gua Rajendra," balasnya dengan mengulurkan tangan sebagai perkenalan.
Gadis itu tidak membalas uluran tangan Rajendra melainkan berlari mengambil bola yang di shooting nya. Rajendra tersenyum dan menarik tangannya lalu mengelapnya di seragam miliknya, "so, mau main satu lawan satu?" tanyanya lagi.
"Tapi ada syaratnya," lanjut Rajendra yang membuat gadis itu menoleh dan menatapnya.
"Kalo gua menang, kasih gua nomor dan id line lo," kata Rajendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematic Life [Slow Update]
Teen Fiction⚠️Bijaklah dalam memilih bacaan. Rajendra pria yang duduk dibangku akhir SMA sekaligus ketua dari geng motor yang terkenal di kawasannya, dan itu semua berubah ketika dia kehilangan sesuatu yang berharga. Berita mengejutkan membuat dirinya terjerumu...