12

101 10 0
                                    

Malam itu Hinata melihat Naruto dalam siaran berita bisnis, seorang pria yang sukses menjadi pebisnis di usia muda, begitu judul yang tertera.

Hinata tersenyum, dia begitu bangga dengan kekasih tampannya itu. Terselip rasa malu saat mengingat bayaran kerja sama antara restaurannya dengan Naruto hanya sebatas makan siang gratis selama setahun.

"bagaimana anda mengatur semua perusahaan anda sehingga bisa sampai sukses seperti ini?" sang Host menatap Naruto.

"Semua rekan kami bekerja sama dengan baik, kami semua sudah seperti saudara" Naruto menjawab dengan mantap.

Sang host mengangguk. "Apakah anda pernah berpikiran memiliki bisnis lain selain bidang perkebunan?"

Naruto menarik nafas. "tidak. Berkebun bagi saya adalah wujud rasa bakti kepada tuhan, mengolah buminya menjadi suatu hal yang berguna untuk semua orang"

Ya, Naruto merasa dari perkebunan itu mendatangkan banyak sekali kebahagiaan. Memperluas lapangan pekerjaan, baik di perkebunan, di pabrik, ataupun di kantor. Dengan demikian dia bisa berpartisipasi mengurangi tidak kejahatan dalam mengahislkan uang, seperti mencuri ataupun membunuh.

"Selain itu saya sangat suka berkebun, ilmu dari nenek saya harus di implementasikan dalam ranah yang lebih luas" Naruto melanjutkan.

Sang Host kembali mengangguk. "Demikian tadi beberapa keterangan dari pebisnis yang begitu sukses ini, kita akan kembali lagi minggu depan, masih dengan narasumber yang sama. Nantikan tayangan selanjutnya yang pasti dengan informasi yang lebih menarik lagi. Sampai jumpa"

...

Naruto memasuki apartemen Hinata, dia melihat gadis itu melihat TV yang menyiarkan acara wawancaranya. Pria itu tersenyum, menghampiri kekasihnya lalu memeluknya.

"Aku merindukanmu" wajah Naruto berada diceruk leher Hinata.

Hinata terkekeh. "Kita hanya tidak bertemu dua hari"

Naruto menatap Hinata. "Aku selalu merasa rindu denganmu meskipun kita sudah bertemu"

Naruto memang sangat merindukan Hinata, rasanya dia tidak ingin pisah dengan gadis itu, selalu ingin merengkuhnya dalam dekapan. Entahlah yang jelas Naruto ingin memeluk Hinata seharian.

Hinata merona saat Naruto menatapnya seperti itu. "Kau ingin apa?"

"Aku hanya ingin memelukmu seperti ini" Naruto menenggelamkan wajahnya lagi di ceruk leher Hinata.

Hinata tersenyum, tangannya menyisir surai Naruto. Sejak kapan Naruto jadi manja seperti ini?

Naruto mendongak. "Minggu depan bisakah kau menemaniku menghadiri wawancara?"

"Apakah harus?" Hinata memastikan.

Naruto mengangguk. "Iya, harus"

Hinata terkekeh. "Baiklah"

...

Malam itu Naruto kembali lagi ke apartemen Hinata setelah tadi pulang untuk bersih-bersih dan memakai baju tidur.

Hinata mendelik. "Kau kenapa kesini?"

"Aku ingin tidur denganmu" Naruto berjalan menuju kamar Hinata.

Enteng sekali pria itu mengatakannya!

Hinata menggigit bibir bawahnya. "Em, kau yakin?"

Naruto mengangguk. "Aku sangat yakin"

Hinata menghampiri Naruto, duduk ditepi ranjang, mengatur nafasnya. Gadis itu terlalu berpikir negatif.

Naruto memeluk perut Hinata dari belakang, menariknya ke tengah ranjang. "Ayo tidur"

Hinata mengerjapkan matanya. "Aku gugup"

Naruto menatap Hinata, mengelus surai gadis itu lembut. "Kita hanya tidur sambil berpelukan"

Hinata menatap Naruto. "Apa aku bisa memercayaimu?"

Naruto menggaruk belakang kepala, mengangguk sebagai jawaban.

...

Nyatanya malam itu mereka melakukan Cuddle, Naruto yang melumat bibirnya lalu memberi tanda di leher gadis itu.

"Naruto.." Hinata menginterupsi.

Pria itu menatap Hinata. "Iya"

Hinata memukul dada Naruto. "Jika begini aku tidak bisa tidur"

Naruto terkekeh, dia akhirnya berbaring bersisian dengan Hinata, mereka tidur tanpa jarak, pria itu menjadikan lengannya sebagai bantal kepala Hinata. Naruto memeluk Hinata, mengelus surai gadis itu, sesekali menciumnya.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Power✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang