"Hati-hati ya, Kak."
"Iya, Bun." Junkyu mencium punggung tangan Yoona, hendak berpamitan.
Hari minggu adalah hari libur yang dimana orang-orang punya kesibukan bisa memiliki waktu santai di hari itu.
Berbeda dengan Junkyu. Khusus hari ini, ia mempunyai jadwal untuk mencari rumput di sawah ayahnya untuk pakan para sapi perah ternaknya.
"Dek?"
Sepeda yang tadi hendak Junkyu kayuh menjadi terhenti pergerakannya saat ada suara berat yang memanggilnya. "Mas Haruto." Bibirnya mengulas senyum malu-malu.
Junkyu turun dari sepedanya agak kesusahan karena tinggi. Haruto mengulum senyum gemas. Junkyu seperti kunti bogel, bercanda.
"Ada apa, Mas?" Junkyu menanyakan maksud kehadiran Haruto datang kemari.
"Enggak. Mas kesini cuma mau ngembaliin palu punya Yayah kamu. Yayahnya ada?" tanya Haruto. Pandangannya tak lepas pada Junkyu yang terlihat sangat cantik di bawah sinar mentari pagi.
Bau segar dari sabun dan minyak telon dari tubuh Junkyu, Haruto menduga sepertinya pemuda manis itu habis mandi. Rajin sekali. Padahal baru pukul 6 pagi.
Junkyu mengangguk. "Ada, Mas. Yayah lagi sibuk ngasih makan Alex. Masuk aja."
Dahi Haruto berkerut. "Adek kamu? Atau siapa?" Junkyu terkekeh geli.
"Nama ayamnya punya Yayah, Mas. Yayah mah suka gitu ngasih nama aneh-aneh. Sapinya aja ada yang dikasih nama Sehun."
Haruto tertawa. Ada-ada saja calon ayah mertuanya ini. Idih.
Sedari tadi, Haruto itu sangat penasaran kemana Junkyu akan pergi membawa karung goni, sabit, dan rantang makanan pagi-pagi begini. "Kamu mau kemana, Dek?" tanyanya.
"Aku mau ke sawah, Mas. Nyari rumput buat pakan hehe," balas Junkyu dengan aksen jawanya yang medok.
Mata Haruto melebar seperti menemukan harta karun. Ia langsung mengibrit lari ke dalam rumah Junkyu. "Bentar, Dek! Tunggu aku!" ucapnya agak berteriak.
Junkyu mengerjapkan matanya gemas. Tak sampai lima menit, batang hidung Haruto pun terlihat. Menghampiri pemuda manis itu dengan senyum tampannya.
"Aku udah izin ke Yayahmu. Katanya aku boleh ikut kamu."
"Eh?" Junkyu terkejut. "Ini bakal lama lho, Mas. Panas juga nanti. Gak takut item?" tanyanya memastikan.
Haruto mengibaskan tangannya tak peduli. "Cuman gitu doang. Laki sejati itu gak takut panas dan item," ucapnya sombong menepuk dadanya bangga.
Jantung Haruto rasanya ingin merosot ke lubang pantat mendengar tawa Junkyu seperti alunan musik yang menenangkan bagaikan embun di pagi hari. Aduhai, indah betul jodohnya ini.
"Sini, Dek. Biar Mas boncengin." Haruto menepuk tempat duduk bonceng mempersilahkan Junkyu. Pemuda manis itu menurut.
Grep!
"Pegangan."
Semburat merah memenuhi kedua pipi Junkyu yang terasa panas. Perut Haruto terasa keras saat pemuda tampan itu mengarahkan tangan Junkyu untuk memeluknya.
"Eh, bentar." Haruto mencium ketiaknya sendiri. "Mas belum mandi. Kecut gak sih?" tanyanya menoleh pada Junkyu yang terkejut tiba-tiba ditatap Haruto.
"Gak kok. Mas mah bau pedet."
fyi; pedet itu anak sapi
"Ooh, aman deh." Haruto menatap bingung pada Junkyu yang tertawa kencang. Sedetik kemudian dia sadar kalau sedang dikerjai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas KKN!
Random[Katanya KKN itu Kuliah-Kerja-Nikah ya?] Kalau ada sebutan diatasnya kembang desa, maka itulah definisi untuk Junkyu. Siapa sangka kembang desa yang dikagumi banyak remaja maupun para se-sepuh ini sangat jutek dengan orang yang terang-terangan mende...