4. Akabi 🍂

42 10 2
                                    

Sambekala identik dengan jingga, ketika baskara nyaris terbenam, hewan-hewan malam mulai menampakkan dirinya. Telaga tempat biasa orang-orang berambut putih itu sering berkumpul mulai ditutupi kabut. Daun-daun yang berguguran memenuhi pinggirannya. Ini musim gugur.

Lain dengan telaga yang semakin sunyi hanya dilewati hewan-hewan sihir yang ingin pulang setelah lelah berlatih sepanjang hari, seorang bocah laki-laki berlari menerobos kabut putih dengan lajunya. Daun-daun yang mengering di jalan setapak itu berterbangan karena kakinya yang nyaris tak menapak tanah ketika berlari.

"SUAN, INGIN KEMANA KAU?!"

Teriakan dari laki-laki yang sedikit lebih dewasa darinya di belakang, mengejar bocah kecil yang semakin menghilang di telan asap tebal.

Tapi langkahnya benar-benar berhenti ketika bocah itu telah menghilang seutuhnya. Dengan kening mengkerut, ia mengepalkan tangannya karena kehilangan bocah itu lagi.

Ia tidak bisa menembus kabut itu, mata mereka berdua berbeda, juga alasan mengapa mereka dilahirkan ke dunia. Perlahan ia berjalan mundur sebelum benar-benar menciptakan kabutnya sendiri dan menghilang bersama angin.

★★★

Ketika sambekala menghilang, huyi datang menghilangkan jingga dan menggantinya dengan hitam penuh dendam.

Kama, putih berlambangkan suci. Bukan berarti mereka semua suci, karena ketika huyi tiba, semua kebenaran akan diperlihatkan. Dinasti terkuat, dihuni oleh sosok magis yang menamai diri mereka sebagai Para Kama. Rambut putih dan kulit pucat, terkadang beberapa dari mereka bisa merubah bola mata menjadi putih juga.

Seperti bocah kecil yang baru saja memelankan langkahnya setelah berhasil kabur dari kejaran sang kakak. Semakin jauh ia berjalan, semakin penuh dengan kegelapan dan semakin dipenuhi oleh pepohonan.

Aru, pohon sihir yang digunakan dukun istana meracik berbagai ramuan. Baunya yang khas sering juga dipakai sebagai penangkal hal jahat.

Ketika deretan hutan Aru habis dan digantikan dengan pohon-pohon besar dan tinggi menjulang, di sanalah ia telah melewati perbatasan wilayah kekuasaan Kama. Batas-batas wilayah keabadian yang telah ditetapkan dalam perjanjian lama.

Tanpa gentar, meski banyak pasang mata yang melihat dari kegelapan, tubuh kecilnya berjalan dengan angkuh menerobos apa saja yang berusaha mengganggunya. Karena ia dibesarkan untuk menjadi angkuh, karena ia dibesarkan untuk menjadi seorang pemimpin, kekuatan jahat yang berusaha menggapai tubuhnya dari balik rimbunnya hutan tak akan pernah bisa menyentuh barang hanya jubahnya saja.

Jauh kakinya melangkah hingga sampai jua ke tempat tujuan, sebuah lingkaran tandus di tengah-tengah hutan. Tempat biasa ia berlatih. Sesosok pria tinggi besar dengan jubah bulu yang telah usang tampak menunggunya sedari tadi. Guru besarnya, pria dengan rambut hitam dan banyak bekas luka di wajah itu adalah sosok yang mengajarinya dari ia baru bisa memegang pedang.

Sebagai bagian dari keluarga kerajaan dan merupakan anggota yang paling diutamakan, tentu ia memiliki tempat berlatihnya sendiri yang sangat nyaman dengan banyak guru di lingkup kerajaan. Tapi ia diam-diam memilih berlatih di tempat yang sangat jauh dengan berbagai rintangan karena hanya ingin diajari oleh satu orang saja.

Pria cacat yang tidak bisa berjalan dengan benar, bekas luka yang melintang di wajah dan rambut hitam legam yang membedakannya dengan makhluk-makhluk berambut putih yang sering ia jumpai di Kama.

"Maaf paman, aku terlambat. Koa lagi-lagi mengejarku," ujarnya sebelum mulai melepas jubah kebesaran yang sepanjang hari melekat di tubuh kecil itu.

Sosok tinggi besar itu mendekat, terlintas sesuatu di kepalanya ketika mendengar nama pangeran tertua Kama itu.

"Selama ini Koa mengetahui bahwa kau sering berlatih bersamaku, apa dia tidak mengadukannya pada raja?"

Dengan cepat bocah itu menggeleng, ia tengah memasang baju besi untuk berlatih sekarang.

"Koa tidak akan pernah mengatakannya kepada ayah."

"Kenapa kau begitu yakin? Dengan hanya melihat matanya saja, aku tahu bahwa dia adalah pangeran yang sangat licik."

Bocah itu tertawa mendengar ucapan si pria. "Dia kakakku, tentu aku mengetahui bagaimana tabiatnya. Bahkan ketika Han hampir tewas karena melawan suku Barbarian di depan matanya sendiri, Koa sama sekali tidak membuka mulut terkait siapa yang membuat Han tertidur berbulan-bulan lamanya itu."

Mendengar penuturannya membuat si pria diam-diam mengangkat sebelah bibirnya. Tentu sebagai saudara mereka saling mengenal satu sama lain.

Bocah itu, Suan. Orang-orang memanggilnya pangeran Suan, meski nama aslinya bukanlah itu. Putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan raja dan ratu yang nantinya akan menggantikan tahta sang raja. Beberapa orang mungkin bertanya, kenapa bukan putra pertama yang menjadi putra mahkota?

Itu semua karena seorang dukun istana pembaca ramalan. Dari keempat anak raja dan ratu, Koa, Suan, Han, dan yang paling kecil adalah perempuan bernama Khione, hanya Suan satu-satunya yang pantas meneruskan tahta Kama.

"Kehancuran dan kebangkitan Kama hanya akan disebabkan oleh satu orang, putra keduamu yang mempunyai tanda lahir di punggungnya itu. Masa depan memang berat, tapi dia satu-satunya yang bisa bertahan."

Entah apa yang ada di penglihatannya waktu itu, entah apa yang ia baca, tapi tepat setelah dukun terkenal sekaligus tangan kanan raja itu berkata, Suan langsung dinobatkan sebagai putra mahkota.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Suan sangat membenci dukun istana itu, menghindarinya adalah cara yang tepat agar ia tidak terpengaruh dengan ramalan-ramalan gila dari dukun tua itu.

Ada satu lagi yang membuat Suan menghindari si dukun renta, Suan tahu perasaannya tidak pernah salah, dukun tua yang bernama Iware itu tahu semuanya tentang dirinya, tahu bahwa Suan membenci dirinya, tahu bahwa Suan tidak pernah menghadiri pelatihan istana meskipun Koa sering mencari alasan untuk melindunginya, dan Suan tahu bahwa Iware mengetahui bahwa ia berlatih ke tempat terlarang para Kama, Lingkaran Yema, di mana lingkaran itu dipenuhi dengan kekuatan dendam.

Dan satu lagi, Iware juga mengetahui bahwa Suan berlatih bersama Akabi, sosok yang sangat dihindari oleh para Kama, sosok yang sangat dibenci oleh para dukun istana, sosok yang membuat adiknya Khione harus terlahir cacat tanpa suara dan sosok yang harus bertanggung jawab atas hancurnya perjanjian lama.

Akabi, musuh besar dari keseluruhan Dinasti. Dan sosok itu yang dipercaya Suan untuk mengajarinya, bagaimana kekuatan besar yang ada dalam diri Akabi dan bagaimana cara ia bertahan hidup selama ini. Dengan itu Suan memilih menjadikannya sebagai guru besar untuk melatihnya.

★★★

2

bulan gak update ಥ‿ಥ
Hai guys, aku mau ngingetin lagi kalo aku belum bisa balik sepenuhnya ke wattpad. Masih sibuk nugas dan bikin cerpen ༎ຶ‿༎ຶ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAST BAGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang