01

1K 123 10
                                    

Lisa menghela nafas berat begitu karena istrinya membawa seorang pria ke rumah mereka. Fisiknya yang sudah sangat lelah seharian bekerja di Perusahaan kini mentalnya dibuat ikut lelah juga melihat istrinya sedang asik berciuman di sofa ruang tengah.

PRANG!

Guci antik yang berada diatas nakas sengaja dijatuhkan ke lantai oleh Lisa membuat suara pecahannya cukup untuk memisahkan ciuman kedua insan itu karena terkejut.

"Ck! Ganggu aja lo!"

Jennie berdecak sebal sementara pria itu tersenyum menyeringai kepada Lisa.

"Saya pikir kita sudah sepakat, Jennie. Kamu bebas melakukan apapun dengan pria - priamu asalkan jangan di rumah ini." Kata Lisa, nada suaranya nampak terdengar sangat lelah.

Jennie berdecih sembari memutar bola matanya jengkel. "Gue ga ada nge-iyain? Udahlah gausah ngurusin gue! Urus aja diri kita masing-masing!"

"Rumah ini urusan saya, Jennie. Bawa pria mu itu keluar dari rumah."

Dahi Jennie mengerut, merasa bingung karena untuk pertama kalinya Lisa berani menentang perkataannya.

"Kalo gue gamau lo mau apa?"

"Ghah!"

Lisa mengusap kasar wajahnya merasa sangat frustrasi hal itu membuat Jennie makin menyerigai. Seperkian detik kemudian ia berpindah duduk kepangkuan pria bernama James itu seraya mengalungkan lengannya di leher si Pria yang sudah memeluk pinggangnya.

Hanya beberapa senti lagi, bibir keduanya bertemu— Mata kucing Jennie membelak kaget karena tubuhnya diangkat Lisa bak karung beras.

"YA! L-LLO?! TURUNIN GA?!" Protes Jennie sambil menepuk - nepuk punggung istrinya yang sudah melangkah menuju tangga

"YA NERDY! LO MULAI BERANI—" 

PLAK!

"UGH!"

Kalimat Jennie terhenti karena telapak tangan besar Lisa berani menampar bokongnya, ia bahkan mendengar istri nerd nya itu mengeram. Hal itu membuat Jennie makin shock dan seketika menggigit bibir bawahnya.

Otaknya mulai bertanya - tanya apakah orang yang sedang menggendongnya bak karung beras ini benar - benar Lalice Lisa Bruschweiller atau istrinya ini sedang kerasukan setan dominan.

Sementara itu, mulut pria sewaannya terbuka lebar sembari menatap tak percaya seorang Jennie Ruby Jane tidak berani memberontak bahkan mengeluarkan sepatah kata lagi.

Tahu dimana posisinya, James cepat - cepat berlari pergi keluar dari rumah besar bak istana itu.

Sesampainya dikamar mereka, mata kucing Jennie lagi - lagi membulat karena Lisa menghempaskan tubuh mungilnya ke atas ranjang.

"Monyet! Lo pikir gue barang main dilempar - lempar begitu?!" Protesnya

Lisa tak menanggapi, ia hanya melonggarkan dasinya, melepas tiga kancing atas kemejanya, menggulung lengan kemejanya sampai ke siku. Setelahnya ia melepaskan kaca mata tebalnya seraya menaruh benda itu keatas nakas.

Semua gerakan Lisa itu tidak sedikitpun terlewatkan dari pandangan Jennie. Untuk pertama kalinya, ia baru melihat sisi panas Lisa.

"Saya serius, Jennie. Jangan pernah kamu bawa pria manapun lagi ke rumah saya."

Jennie memutar bola matanya jengkel, "Correct, rumah kita." Balasnya.

"Terserah. Ini pertama dan terakhir kalinya. Saya gamau suatu saat nanti orangtua kita kedapatan ngeliat kenakalan kamu. Tolong hargain saya sebagai istri kamu."

"Iya - iya bawel! Tumben lo ngomong lancar? Biasanya juga gagap kalo ngomong sama gue? Lo kerasukan apa dah daritadi?"

Lisa menghela nafasnya berat, ia sudah bertekad dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak lagi membiarkan Jennie mengambil alih dirinya lagi. Ia harus belajar berani untuk memimpin karena ia adalah kepala keluarga di hubungan pernikahan ini. Dan faktor utama yang paling penting, ia sudah muak dan mencapai batasnya. Melihat pria itu duduk di sofa mahal rumahnya dan berani - beraninya mencium istrinya membuatnya cemburu dan marah.

Gadis bermata kucing itu tak pernah tahu, jika selama ini ia mengalah karena rasa cintanya sangat besar.

Namun kini tidak lagi, jika Jennie bersikap tidak punya hati. Ia juga akan bersikap begitu.

Jennie tidak pernah mencintainya, jadi mulai sekarang ia akan merubah penampilannya dan pergi melakukan beberapa kencan buta sesuai permintaan sahabatnya—Rosie agar dapat menemukan cinta sejatinya.

Akan ada hari dimana ia move on, dan bisa menceraikan Jennie tentu saja.

"Woi?! Jawab!" Ketus Jennie lagi membuatnya tersadar

"Apa?"

"Lo—"

"Saya ga kerasukan apa - apa."

"Terus kenapa bisa berani gitu, nerdy?"

"Nama saya bukan Nerdy."

Jennie mengeram, ia tarik dasi yang masih merekat di leher Lisa membuat istri nerd nya itu seketika lansung menunduk. "Itu julukan lo, stupid!" Tekannya pada jarak mereka yang hanya beberapa inch saja.

Mata bulat rusa Lisa menggelap, baru kali ini ia sadar jika harga dirinya sudah sangat hancur hanya karena terlalu lama dibutakan oleh cinta.

Tangan kanannya yang besar terangkat mencengkam rahang pipi Jennie membuat gadis bermata kucing itu seketika membebaskan tangannya dari dasinya.

"I'm not stupid, Jennie. Mulai sekarang jangan panggil saya Nerdy lagi, dan belajar buat ngehormatin saya sebagai istri kamu. Paham?"

Untuk pertama kalinya, Jennie mendengar deep voice milik Lisa. Ia tak dapat berkata apa - apa lagi dan hanya bisa menggenggam pergelangan tangan kanan Lisa untuk meminta untuk dilepaskan karena cengkaman istrinya itu semakin mengeras membuatnya meringis sakit.

"L-llepas!"

"Paham, istriku?" Ulang Lisa lagi masih memakai suara rendahnya dan tatapan matanya makin tajam

"I-iiya pah-paham..." Balas Jennie akhirnya membuat Lisa melepaskan cengkraman.

"Good."

Lisa melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mandi dan membanting pintu sekeras mungkin membuat wajah cantik Jennie makin pucat pasi.

BRAK!

Agaknya berendam selama satu jam di bathup mewah miliknya sambil meneguk secangkir wine membuat pikirannya jernih dan emosinya stabil kembali. Menyadari tindakan berani yang berani ia lakukan kepada istri mungilnya tadi tanpa sadar membuat pipinya blushing. Seperkian detik kemudian, ia meringis mengingat cengkraman kuatnya di tulang pipi Jennie. Istri mungilnya itu pasti kesakitan.

Ia akhirnya segera menuntaskan aktifitas mandinya lalu memakai pajamas miliknya, bersiap untuk tidur.

Begitu keluar dari kamar mandi, ia tertengun melihat Jennie yang sudah tertidur pulas diatas ranjang dengan posisi badan dan kaki terbuka lebar seperti bintang laut.

Kakinya melangkah dengan hati - hati menuju ranjang lalu membenarkan posisi tidur Jennie dan menaikkan selimut menyelimuti tubuh mungil istrinya itu.

Setelahnya ia duduk dipinggiran ranjang, mengambil waktu untuk menatap wajah cantik Jennie sejenak sambil tangannya terangkat mengusap pucuk kepala sampai turun ke pipi chubby istri nakalnya.

Ini sudah menjadi rutinitas hariannya selama hampir 2 tahun ini. Melihat Jennie yang tengah tertidur adalah hal favoritnya karena gadis bermata kucing itu terlihat seperti bayi tanpa dosa.

Beberapa saat kemudian, matanya berubah menjadi senduh karena cepat atau lambat... ia tak akan bisa melakukan hal favoritnya ini lagi karena keputusan untuk bercerai sudah bulat. 

Cup!

"Sleep tight, My beautiful wifey." Bisik Lisa lembut setelah mencium kening sang istri.

—HOW CAN U LET ME GO—

How can U Let Me Go?Where stories live. Discover now