Bab 19

848 103 16
                                    

Hampir satu bulan hingga semua kasus penggelapan dana terselesaikan. Beberapa terduga pelaku terpaksa Irene polisikan, paling tidak untuk memberitahu bahwa Irene bukan lagi anak kemarin sore seperti yang sering dia dengar dari beberapa para tetua group dan juga tetua rumah sakit.

Pagi itu, Irene yang baru saja selesai jaga malam terlihat sedang mengantre kopi di cafetaria. Mata kantuknya benar-benar tidak bisa lagi dia sembunyikan setelah semalam berkutat di kamar operasi dan juga ruang ICU.

Di sisi lain, wanita itu terus menatap layar ponselnya, menunggu kabar sang suami yang akan menjemputnya untuk sarapan bersama.

Di sisi lain, wanita itu terus menatap layar ponselnya, menunggu kabar sang suami yang akan menjemputnya untuk sarapan bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyumnya mengembang sempurna setelah membaca pesan dari sang suami yang sudah berada di lobby. Dengan cepat, wanita itu bergegas turun setelah mendapat kopi pesanannya.

Senyumnya semakin terlihat sempurna saat melihat sang suami melambaikan tangan ke arahnya bahkan disaat Irene masih di tangga dari lantai dua menuju ke lantai dasar.

Kakinya berlari kecil ke arah sang suami yang sedang duduk di kursi tunggu lobby rumah sakit.

"Hai mas..." Ucapnya dengan senyuman yang sangat berbanding terbalik dengan matanya yang sudah sangat sulit dia buka lebar.

"Istriku ngantuk banget kayanya?"

Irene menghela napas. "Semalam nggak tidur." Rengeknya dengan ekspresi manja, membuat lelaki di depannya itu mencubit gemas hidung sang istri.

Bisa dipastikan Aksara melakukannya karena mereka sedang di ruang publik, kalau bukan di ruang publik mungkin Aksara sudah menerkam istrinya yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi manja.

"Mau sarapan apa kita hari ini?"

Irene memutar bola matanya seolah sedang berpikir apa yang harus mereka makan sepagi itu.

"Soto depan rumah sakit aja ya mas?"

Aksara tertawa pelan mendengar jawaban istrinya. Lelaki itu mengira sang istri ingin sarapan sesuatu yang mewah atau cukup mahal, ternyata di luar dugaan wanita yang dicintainya itu hanya ingin sarapan soto langganan mereka yang berada tepat di depan rumah sakit.

"Mas ke toiet dulu ya?"

Irene mengangguk. Wanita itu memilih berjalan menuju ke area luar lobby, setidaknya untuk mencari udara segar. Belum sampai langkah kakinya keluar dari lobby, seorang anak kecil laki-laki tiba-tiba menabraknya ketika berlari.

"Maaf." Ucapnya sembari mengusap keningnya. Anak lelaki berusia sekitar 7 tahun itu tampak menunduk dengan wajah takut saat menatap Irene. Alih-alih marah, wanita yang masih mengenakan seragam scrub warna navy itu justru berlutut, berusaha mensejajarkan tingginya dengan sang anak laki-laki di depannya.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang