"Hmm, Roy Bramasta? Aku panggil Mas aja ya, lucu soalnya, hehe"
-Nindy Anastasia
"47, 48, 49, 50. Oke cukup, sekarang kamu boleh lewat" Seorang bapak yang memiliki kumis lumayan tebal tengah berdiri disamping Roy."Hah, hah akhirnya...Baik pak" napas yang terengah-engah itu belum kunjung menghilang dari depan gerbang sekolah. Suara napas itu bersumber dari paru-paru milik Roy setelah 15 menit melakukan push up.
"Yaudah cepat sana, Lain kali telat lagi ya" katanya sambil memelintir kumisnya dan tertawa.
Pak Agus atau biasa dipanggil Pak Kumis adalah sosok yang disegani di sekolah. Meskipun begitu, sifatnya yang mudah bergaul dan ramah membuatnya dapat meraih hati para siswa di SMA Marmut Ganti Kulit.
Beliau bisa membedakan kapan saatnya untuk serius dan kapan waktunya untuk bercanda, membuat Roy kini mulai mengagumi sosoknya meski baru pertama kalinya Roy bertemu dan mengobrol dengannya.
"Baru juga hari pertama, aku malah ngasih first impression yang buruk ke pak satpam, hadeh. Cepet-cepet masuk kelas deh, biar nggak makin parah" pikirnya dalam hati sambil menuju ke area parkir.
SMA Marmut memiliki 2 gerbang utama, di sebelah kiri adalah gerbang khusus guru dan para tamu penting, lalu di sebelah kanan adalah gerbang milik para murid untuk keluar-masuk sekolah.
Diantara keduanya terdapat sebuah batu besar yang bertuliskan nama SMA ini dan tahun pertamakali dibangunnya sekolah ini. "Est 1970" begitulah yang tertulis dibawah nama sekolah.
Ketika menoleh kearah kanan dan kiri pada jalan menuju parkiran, terdapat tempat untuk merawat tanaman kecil yang dinamai Taman Siswa. Bougenville, Tulip dan beberapa bunga lainnya bermekaran di dalam sana, membuat para siswa yang memasuki sekolah terasa disambut kedatangannya.
━━━( ͡° ͜ʖ ͡°) ━━━
"Yosh, udah parkir rapi nih. Sekarang waktunya nyari kelas 11-A. Dimana yah kira-kira?" ucapnya sembari celingukan melihat kanan dan kiri dengan kebingungan.
Perilakunya mengakibatkan otak, mata dan kakinya mengalami "miss communication" sehingga ketika Roy ingin belok kearah kiri, matanya masih mengarah ke sebelah kanan. Tak menunggu waktu lama untuknya mengalami sesuatu.
Kepala Roy seketika terasa berat dan pusing setelah ia mendengar suara debum dan rintihan dari seorang siswa.
"Eh brok, kalo jalan tuh liat-liat dong!" tegas seorang siswa berambut ikal dengan dahinya yang agak memerah.
"Aduh sorry bang, beneran aku nggak bermaksud buat nyelakain orang". Roy menjabat tangan siswa itu dengan memasang wajah penuh kekhawatiran. Khawatir jika ia akan dilaporkan atau mendapat masalah hari pertamanya.
"Hmm, yaudah iya gw percaya. Lagian ngapain lu celingak-celinguk gitu? tanyanya sembari membersihkan debu di celananya akibat terjatuh barusan.
Belum juga Roy sempat merespon perkataan, dia melontarkan sebuah pertanyaan lain.
"Emm, anu. Aku mau-
"Eh tunggu bentar, ngomong-ngomong kok muka lu kayaknya asing banget ya di kepala gw? apa efek benturan tadi jadinya lupa ya?"
"Eh nggak kok, aku emang siswa pundahan disini".
"Oh gitu, pantesan dari tadi ngomong kok baku banget pake aku-kamu. terus kenapa nggak cepet masuk kelas? ini udah hampir jam 8 tau".
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quite Dream (On-Going)
Misterio / Suspenso"Mimpi adalah bunga tidur". Itulah yang mereka yakini dari jauh hari. Ada yang bermimpi tentang sahabat, keluarga atau bahkan memimpikan wanita yang kau cintai secara sepihak. Tapi bagaimana jika mimpimu dapat memprediksi masa depan seseorang? Apaka...