🅚🅚🅝 ➊➐ ~
.
.
.
.
.
"Gua ngelus dada ngajarin anak kelas 4"
Seungkwan datang menghampiri Minghao dengan omelan yang tak kunjung berhenti, Minghao sendiri terkekeh pelan mendengarnya.
"Namanya juga anak anak bang, wajar nakal dikit"
Chan yang berjalan di belakang mereka mencoba menenangkan Seungkwan, bukannya tenang, Seungkwan justru semakin kesal seraya memandangi Chan.
"Wajar wajar, kalau matahari di warnain warna hitam gk wajar, gimana ceritanya matahari warna item?"
Suara tawa dari Minghao semakin keras, menertawakan tingkah laku anak didik Seungkwan.
"Lagi mendung itu"
Lagi, Lee Chan masih saja terus seperti membela anak anak kelas empat yang ia dan Seungkwan ajari tadi.
"Heh, mendung tuh awan nya yang jadi gelap bukan mataharinya"
"Tapi ada loh Kwan, emoticon matahari gosong" Seokmin ikut menanggapi dengan wajah polosnya, yang setelahnya pukulan kecil di terima Seokmin.
Cukup, perut Minghao rasanya tidak tahan lagi, kenapa sih ada saja tingkah teman temannya ini. "Udah udah, sakit perut gua njiir ketawa mulu"
langkah mereka terhenti di depan warung yang terletak tepat di samping gerbang sekolahan, mereka mendudukkan diri di kursi panjang.
Saat ini waktunya jam istirahat jadi meraka ingin mengisi perut yang kosong.
Warungnya cukup ramai, anak anak sekolah berbondong bondong untuk mengisi perut mereka yang kosong, membiarkan mereka berempat menjadi bagian terakhir saja.
Perhatian Minghao tertuju pada salah satu anak laki laki yang tengah memilih jajanan, ekspresi nya seperti menimbang nimbang apakah ia harus membeli atau tidak, lantas ia memilih salah satu makanan ringan yang kecil dan memberikan uang koin pada penjual.
"Ini kurang 500 lagi dek" ujar penjual itu, membuat anak itu terdiam sejenak, bahkan tidak merogoh kantong lagi untuk memastikan uangnya masih atau tidak.
"Udah bu, biar saya yang bayarin, saya mau teh botol satu dong bu" Seokmin langsung memesan minuman setelah ia tersenyum pada anak kecil itu, membiarkan anak itu pergi memasuki sekolah kembali.
"Tumben lu bang?" Seungkwan berbicara setelah dari tadi memperhatikan kakak tingkatnya itu.
"Tumben apanya njiiir, gini gini gua baik hati dan tidak sombong hehe"
"Dih, pengen banget gua tampol mukanya"
Minghao tersenyum. benar, Seokmin benar, bahkan tanpa berfikir yang panjang ia langsung memberikan tindakan.
Tidak seperti dirinya yang hanya bisa memperhatikan saja, masih meragukan tindakannya apakah ia harus membantu atau tidak.
Payah banget gua.
----
"Mas Nyong, mau kemana mas?"
Soonyoung menghentikan motornya di posyandu yang masih ramai dengan anak kecil, tangisan bayi serta ibu hamil.
Ingat! Soonyoung ini anak kepala desa dan tak ayal selalu mengikuti kegiatan kegiatan di desanya - itu juga harus di paksa terlebih dahulu oleh ayahnya - membuat ia di kenali banyak warga.