-
Pada keesokan harinya, Emir memutuskan untuk meninggalkan motornya sekali lagi. Emir ingin bertemu gadis berambut sebahu dengan senyuman indah kemarin.
Emir menaiki bus dengan semangat, tapi dia tidak melihat keberadaan gadis kemarin. “Benar-benar tidak bertanggung jawab,” Emir mengomel sendiri. Perjalanannya menjadi terasa biasa saja.
Tidak sampai lima belas menit setelah ia mengutarakan kekecewaannya, Emir tiba pada pemberhentiannya. Pandangannya mengedar, mencari kursi kosong untuk dia duduki.
Dia menemukannya, gadis berambut sebahu dengan senyuman indah kemarin dan satu kursi kosong di sebelah gadis itu. Emir melesat dan mendudukkan dirinya di sebelah gadis yang ia cari sejak beberapa saat yang lalu.
Gadis itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Emir lalu kembali memandangi ponselnya. Emir membalas gadis itu dengan kembali menganggukkan kepalanya.
“Mengapa kau suka tersenyum?” tanya Emir memecahkan rasa canggung dalam dirinya.
“Aku tidak suka,” berbanding terbalik dengan jawabannya, dia kembali melayangkan senyumannya.
Emir menambahkan satu lagi predikat untuk gadis ini sebagai manusia dengan suara termanis di bumi. Emir akan menjelaskan bahwa suaranya terdengar seperti ceri pada bagian paling atas kue ulang tahun kesepuluhnya jika ceri bisa berbicara.
“Tapi kau selalu tersenyum padaku.”
“Benarkah? Aku biasanya hanya melakukannya kepada orang-orang yang aku senangi.”
Pemuda itu membeku sesaat, meninggalkan kembali keheningan di antara mereka berdua sebelum sebuah bus datang dan gadis itu kembali berbicara kepadanya.
"Ini busku, sampai jumpa besok."
Emir tidak tahu harus menjawab bagaimana, dia kelewat senang. Jadi, dia hanya mengangguk. Lalu gadis itu naik busnya dan pergi.
Oh, Emir lupa menanyakan nama gadis itu.
-