Two

2 0 0
                                    

-

Hari ini, Emir memutuskan untuk meninggalkan motor kesayangannya di rumah dan pergi pulang dengan menaiki bus. Emir tidak terbiasa, dia harus berulang kali bertanya pada kondektur bagaimana dia bisa sampai ke tempat tujuannya tanpa tersesat.

Emir lantas berlari dengan sekuat tenaganya saat kondektur dengan tubuh yang besar dan wajah yang tidak terlalu ramah tadi menunjuk salah satu bus yang baru saja tiba.

Dengan helaan napas lega, Emir mendudukkan dirinya di kursi paling depan. Dia kemudian merasa tidak nyaman karena posisinya yang harus berhadapan langsung dengan penumpang lain.

Canggung. Dia mengedarkan pandangannya menuju bagian belakang bus, area wanita. Pandangan matanya jatuh pada bagian paling belakang bus, pada seorang gadis berambut sebahu dengan postur duduk nyaman yang sedang memandang keluar jendela.

Selama beberapa detik, Emir merasa kesulitan untuk melepas pandangannya dari gadis itu. Dia terlihat cantik, bahkan gadis itu memangku tas sekolahnya terlihat begitu indah.

Selang beberapa saat, mata mereka bertegur sapa. Emir panik dan terkejut, tapi dia tidak bisa memalingkan wajahnya.

Oh, yang benar saja. Emir hampir salah tingkah saat gadis itu melayangkan sebuah senyuman kepadanya, senyuman yang dapat Emir predikatkan sebagai senyuman terindah yang pernah Emir lihat.

Dengan cepat, Emir memalingkan wajahnya dan memandang ke jalanan melalui jendela depan.

Kemudian, kondektur di dalam bus itu berkata kepada Emir bahwa setelah ini adalah pemberhentiannya sebelum berganti bus sekali lagi, lalu meminta Emir untuk berdiri dan bersiap-siap.

Emir berjalan mendekati pintu bus, pandangannya sekali lagi jatuh pada gadis berambut sebahu tadi dan mendapati gadis itu telah terlebih dulu menatapnya.

Mereka beradu pandang cukup lama sebelum kondektur tadi menepuk pundak Emir dan mengisyaratkannya untuk turun.

Emir turun dari bus itu lalu duduk untuk menunggu bus selanjutnya. Dadanya kini terasa sangat sesak, seperti akan meledak kapan saja.

Emir memandangi bus yang baru saja ia naiki itu melaju meninggalkannya yang sedang menahan untuk tidak mengukir senyuman di wajahnya.

-

45 MinutesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang